Upaya mengikis pelemahan terkesan masih berlanjut pada nilai tukar Rupiah. Pada sesi perdagangan menjelang masa libur Nataru alias Natal dan Tahun Baru, Rupiah terpantau mampu menjejak zona penguatan secara konsisten di sepanjang sesi.
Sementara sentimen global yang mengiringi masih cenderung minim, gerak balik menguat Rupiah terkesan sekedar mengikuti potensi teknikal nya usai mengalami rangkaian pelemahan tajam.
Laporan dari pasar global menunjukkan, rilis data inflasi AS terkini yang dijadikan pijakan pelaku pasar global untuk menghentikan lonjakan Indeks Dolar AS.
Gerak balik penguatan mata uang utama dunia akhirnya terjadi secara seragam pada sesi perdagangan penutupan pekan lalu. Dan penguatan tersebut terlihat mencoba dilanjutkan pada sesi awal pekan ini di Asia.
Gerak balik melonjaknya Euro, Poundsterling, Dolar Australia dan Dolar Kanada akhirnya berdampak positif pada mata uang Asia.
Pantauan menunjukkan, kecenderungan menguat di rentang terbatas terjadi di hampir seluruh mata uang Asia dalam menjalani sesi perdagangan awal pekan ini, Senin 23 Desember 2024.
Akibatnya, nilai tukar Rupiah mendapat kan bekal berharga untuk melanjutkan gerak menguat nya meski dalam taraf yang cenderung terbatas.
Pantauan dari jalannya sesi perdagangan memperlihatkan, kinerja Rupiah yang konsisten menjejak zona penguatan di sepanjang hari ini. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah masih bertengger di kisaran Rp16.170 per Dolar AS atau menguat moderat 0,12%. Rupiah terkesan mencoba membukukan penguatan tajam dalam mengawali sesi pagi, namun justru terkikis menjelang sesi siang hari.
Laporan lebih jauh menyebutkan, jalannya sesi perdagangan kali ini yang diwarnai dengan kabar dari gagalnya pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Kabar yang beredar menyebutkan, gagalnya pertemuan tersebut akibat Presiden Prabowo terserang demam sebagaimana disampaikan PM Anwar Ibrahim. Namun kabar tersebut masih belum mendapatkan konfirmasi dari Istana.
Sentimen domestik lain juga menjadi sorotan terkait rencana kenaikan pajak atau PPN 12% yang mulai berlaku tahun 2025. Sejumlah pihak melancarkan kritik serius atas kebijakan kenaikan PPN tersebut di tengah situasi perekonomian yang masih menantang.
Sementara pantauan pada pasar Asia menunjukkan, gerak bervariasi pada mata uang Asia namun konsisten di rentang moderat. Peso Filipina tercatat menjadi mata uang Asia dengan penguatan tertajam setelah melonjak 0,48%, sementara Baht Thailand menjadi mata uang Asia terlemah setelah sempat merosot hingga kisaran 0,4%.
Sedangkan Rupee India kembali bergulat di zona pelemahan, usai mencetak titik terlemahnya sepanjang sejarah pada sesi pekan lalu. Mata uang negeri Bollywood itu terkesan masih rentan untuk mencetak titik terlemah barunya dalam beberapa sesi perdagangan ke depan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved