Jelang kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, pada 25 November hingga 10 Desember mendatang, berbagai lembaga organisasi masyarakat sipil mulai menyiapkan diri.
Kampanye ini adalah gerakan internasional untuk membangun kesadaran publik untuk bersama-sama menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan.
Di Indonesia, salah satu organisasi yang ikut aktif melakukan kampanye ini adalah organisasi Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa). Organisasi ini sudah berdiri sejak masa Orde Baru dan masih terus bergerak hingga hari ini.
Endah Lismartini dari politikindonesia.id mewawancarai Direktur Eksekutif Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa), Sita Soepomo.
Berikut wawancara lengkapnya:
Bagaimana menjelaskan organisasi IKa ini kepada masyarakat?
Indonesia untuk Kemanusiaan atau IKa, ini adalah sebuah organisasi kecil, jumlah staf kami hanya 10 dan kami tak ingin membesar. Kami menyebut diri kami sebagai Civil Society Resource Organization (CSRO).
Apa yang menjadi concern perjuangan IKa?
Organisasi ini didirikan dengan visinya untuk pemberdayaan masyarakat sipil yang memperjuangkan kehidupan yang adil, bermartabat, dan sejahtera untuk semua, dalam kerangka hak asasi manusia dan kelestarian lingkungan.
Implementasi dalam programnya seperti apa?
Program IKa mencakup isu-isu keadilan gender, hak asasi manusia, keragaman, toleransi, kedaulatan pangan, dan tanggap bencana dengan ciri membangun kerja kolaboratif dengan organisasi masyarakat sipil dan komunitas terpinggirkan dari Aceh hingga Papua.
Ini organisasi yang sudah lama berdiri, dan masih bertahan sampai sekarang?
Betul. Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) didirikan pada tahun 1995 di masa tahun-tahun terakhir rezim otoriter Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun. Ketika itu gerakan pro-demokrasi mulai berkembang. Saat IKa didirikan, perannya ditujukan untuk mendukung gerakan pro-demokrasi melalui hibah kecil/mikro dari organisasi donor internasional yang berbasis di Eropa, kebanyakan Belanda dan Belgia.
Pendirinya adalah tiga aktivis, yaitu Zumrotin K. Susilo, Wilarsa Budiharga, dan Fauzi Abdullah. Ketiganya adalah masyarakat sipil yang pada saat itu aktif dalam memajukan hak-hak buruh, hak-hak konsumen, hak asasi manusia dan pengembangan organisasi masyarakat sipil.
Dalam perjalanan panjang tersebut bagaimana IKa menyesuaikan diri dengan perubahan sosial politik yang terjadi?
Iya, ada perubahan-perubahan yang terjadi di organisasi ini. Momentum perubahan strategi organisasi IKa dimulai sejak tahun 2010. Perubahan strategi yang dilakukan antara lain strategi penggalangan sumber daya, fokus program, branding, model kerja, karakter dan lain sebagainya.
IKa, kemudian memaknakan sumber daya dengan istilah catur daya, artinya empat sumber daya yaitu dana, pengetahuan, jaringan dan kerelawanan.
IKa juga membayangkan bahwa sumber daya tidak lagi mengandalkan donor, namun perlu memperbanyak sumber-sumber pendanaan yang berasal dari masyarakat, kemitraan dengan sektor swasta berbasis nilai, dan mengembangkan kemitraan dalam ekonomi solidaritas.
Fokus program IKa pun berkembang menjadi empat pundi yaitu Pundi Insani, Pundi Perempuan, Pundi Budaya dan Pundi HIjau. Selain itu IKa juga mengubah branding organisasi dari YSIK menjadi IKa, diikuti dengan penyesuaian logo dan warna yang lebih mencerminkan makna kemanusiaan.
Lalu bekerja bareng dengan organisasi masyarakat sipil lain?
Betul. Karena kami tidak punya kemampuan mengelola langsung. Meski kami tahu sebenarnya banyak sumber-sumber pendanaan yang bisa kita ajak kerjasama. Tapi kami tahu, banyak sekali organisasi-organisasi yang didirikan oleh masyarakat, digerakkan oleh masyarakat, dan melakukan aksi untuk masyarakat juga.
Kami merasa sebagai organisasi kita tidak bisa bekerja sendirian, jadi kami juga melakukan kolaborasi dan kerjasama dengan organisasi-organisasi lain.
Tadi disampaikan soal menggalang dana atau pundi-pundi untuk perempuan korban kekerasan. Seperti apa kegiatan yang dilakukan IKa?
Iya, apalagi menjelang kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, kami juga sudah sejak lama melakukan kerjasama untuk melakukan pendampingan bagi perempuan-perempuan korban kekerasan.
Untuk tahun ini kami memperlebar upaya kami melakukan penggalangan dengan melakukan pendekatan ke universitas-universitas dan perusahaan-perusahaan.
Kami sudah melakukan edukasi ke kampus-kampus dan sejumlah perusahaan untuk menggalang dana bagi Pundi Perempuan yang diperuntukkan terhadap upaya-upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.
Apa saja edukasi yang disampaikan IKa?
Kalau kita menggalang dana artinya kan kita harus membangun kesadaran ya. Membangun pemahaman, semakin banyak publik Indonesia yang mendukung, artinya pemahaman terhadap isu-isu kekerasan terhadap perempuan juga meluas.
Juga edukasi kepada masyarakat penting karena dengan semakin banyaknya masyarakat yang memahami isu-isu kekerasan terhadap perempuan, maka harapannya dukungan masyarakat terhadap kerja-kerja penghapusan kekerasan terhadap perempuan, semakin meningkat.
Apa yang menjadi spirit IKa untuk terus konsisten?
IKa percaya bahwa kehidupan yang bermartabat, adil dan sejahtera hanya bisa tercapai melalui perjuangan panjang mendorong perubahan yang transformatif. IKa ikut membangun keswadayaan dan keberdayaan masyarakat dalam perjuangan ini. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved