Hari ini, Kamis (26/12/2024), warga Aceh memperingati 20 tahun bencana Tsunami. Warga datang memenuhi kuburan massal untuk memanjatkan doa.
Meski sudah 20 tahun berlalu, namun suasana haru tetap menyelimuti Kuburan Massal Ulee Lheue, Banda Aceh. Di situlah tempat ribuan korban bencana alam tersebut dimakamkan.
Warga dari berbagai penjuru kota berkumpul untuk mengenang tragedi yang merenggut ratusan ribu jiwa itu. Mereka datang membawa bunga tabur dan lembaran Surah Yasin, lalu melantunkan doa bersama untuk para arwah keluarga yang dimakamkan di lokasi tersebut.
Maya (30), warga Gampong Laksana, Kuta Alam, mengungkapkan, kunjungan ini telah menjadi rutinitas tahunan baginya.
“Saya yakin keluarga saya yang tidak sempat ditemukan, dimakamkan di sini. Mereka sudah tenang di sisi Allah,” ujarnya Maya, dikutip Kamis (26/12/2024).
Maya kehilangan seluruh anggota keluarganya dalam bencana tersebut. Meski masih merasakan duka yang mendalam, ia mengaku telah mengikhlaskan takdir. Ia juga berharap pemerintah dan masyarakat terus menjaga keberadaan Kuburan Massal Ulee Lheue.
“Tidak ada harapan banyak, semoga tempat ini tidak terbengkalai. Kita jaga bersama,” ucapnya.
Bencana tsunami besar tersebut terjadi di wilayah Aceh pada pagi hari, pada 26 Desember 20 tahun lalu. Didahului dengan gempa besar dengan magnitudo mencapai 8,9. Lalu gelombang tsunami yang mencapai ketinggian hingga 12 meter dan menjangkau daratan hingga 10 kilometer, menyapu bersih desa-desa di bibir pantai, bahkan tengah kota.
Puluhan ribu rumah dan bangunan hancur, korban hilang dan meninggal dunia mencapai lebih dari 100.000 jiwa. Bahkan gelombang tsunami juga menjangkau wilayah Thailand dan India.
Kuburan massal Ulee Lheue, yang terletak di Gampong Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, menjadi salah satu saksi bisu tragedi Tsunami Aceh. Ribuan jasad korban dimakamkan di sini, termasuk keluarga Maya.
Sementara itu, Agus (40), warga yang baru beberapa tahun terakhir berani mengunjungi kuburan tersebut, mengaku masih dihantui trauma.
“Dulu saya tidak sanggup ke sini. Rasanya terlalu berat. Tapi sekarang, saya mulai belajar menerima,” ungkapnya.
Bagi Agus, peringatan 20 tahun tsunami menjadi momen refleksi sekaligus pengingat untuk terus melanjutkan hidup.
“Saya sudah berusaha bangkit, meski masih sakit. Tapi hidup kita harus terus berjalan, apalagi saya yakin (mereka) syahid,” ujarnya. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved