Sikap reaksional Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang memutuskan untuk keluar dari Partai Gerindra karena tidak sependapat dengan usulan Pemilihan Kepala Daerah lewat DPRD, disayangkan oleh sejumlah kader partai itu. Ahok dinilai sebagai orang yang lupa diri dan tak tahu terima kasih. Ibarat anak yang durhaka terhadap ibunya, dalam kisah malin kundang.
Selama ini, Ahok menjadi salah satu kader yang cukup bersinar di Gerindra. Ia menjadi media darling, dengan pernyataannya yang kontroversi dan out of the box. Mulai dari pengurus tingkat daerah, sampai Ketua Dewan Pembina, Prabowo Subianto pernah melontarkan pujian kepadanya. Tapi sekarang semuanya berubah. Pernyataan negatif terlontar dari mulut para kader Gerindra yang terusik dengan keputusan Ahok untuk keluar karena berbeda pandangan soal RUU Pilkada.
Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta, M Taufik, menyesalkan sikap Ahok yang seolah menafikan peran Gerindra yang mengusung namanya menjadi wakil gubernur. Bahkan, mantan Bupati Belitung Timur itu disebutnya telah lupa diri.“Dia lupa diri," ujar Taufik kepada pers, di Gedung DPRD Jakarta, Rabu (10/09).
Taufik bercerita, pada saat Pilgub DKI lalu, Ahok sebenarnya ingin mencalonkan diri secara independen, tapi gagal lantaran ia tidak mampu mengumpulkan dukungan KTP yang disyaratkan.
Peran Gerindra lah yang kemudian membuatnya bisa maju dan berhasil dalam Pilgub. “Perlu Ahok tahu dan harus disadari sama Ahok, waktu dia pertama kali mau jadi cawagub itu, enggak ada orang yang kenal Ahok, enggak ada yang tahu. keluarganya doang yang tahu paling," sindirnya.
Taufik menyebut, ia pernah dimintai bantuan Ahok untuk mengumpulkan KTP. “Dia datang ke saya, diantar orang di rumah makan Jepang di Plaza Indonesia, dia minta dukungan, mau nyalon independen," ujar Taufik.
Namun, lanjut Taufik, saat itu ia menolak memberi bantuan. Alasannya, Gerindra tidak mungkin mendukung calon dari jalur perseorangan. Karena itu, akhirnya Ahok pun bergabung dengan Gerindra.
Kemudian, saat Pilkada DKI 2012 Ahok diduetkan dengan Joko Widodo dan berhasil keluar sebagai pemenang. "Yang jelas waktu Ahok itu mau dicalonin Gerindra, gak ada orang tahu Ahok. Enggak laku," ujar dia.
Sikap inilah yang membuat Taufik tidak bisa menghormati rencana Ahok keluar dari Gerindra. Menurutnya, dengan meninggalkan Gerindra, Ahok telah menunjukan sikap tidak tahu terima kasih.
“Dia jangan menafikan peran Gerindra angkat dia jadi wagub. Partai yang bawa dia. Dia mau independen gak berhasil, sekarang mau nafikan partai," tegas Taufik.
Ketua DPP Gerindra Desmon J Mahesa, menilai, partainya tidak akan rugi jika nanti Ahok menyeberang ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). "Kita tidak rugi Ahok ditampung PDIP, apa kontribusi Ahok di Pileg dan Pilpres? Tidak ada," ujar Desmon.
Desmon mengatakan Gerindra merekrut Ahok karena kebutuhan akan kepemimpinan di Jakarta. Senada dengan Taufik, Desmon menyebut, Ahok sebenarnya ingin maju di Pilgub DKI lewat jalur independen.
Saat itu, kata Desmon, PDIP telah mencalonkan Fauzi Bowo. Namun karena hubungan yang masih baik antara Megawati dan Prabowo Subianto, Gerindra menawarkan Ahok. “Kita jadi ice breaker, lalu mengawinkan Jokowi dengan Ahok," katanya.
Desmon menyebut, Gerindra tidak mengalami kerugian dengan keluarnya Ahok. Ia pun meminta masyarakat melihat perubahan yang ada dalam kehidupan Ahok.
“Sebelum wakil gubernur dan sesudahnya gimana, kalau ada perubahan ya itu amal jariah. Kita ini ibu yang baik membesarkan anaknya. Biar rakyat yang menilai, anaknya lupa sama ibunya, ya sudah, kayak Malin Kundang," tandas Desmon.
© Copyright 2024, All Rights Reserved