Ibunda dr Aulia, Nuzmatun Malinah membenarkan soal iuran puluhan juta dalam proses PPDS Anestesi Undip yang dijalani almarhumah di RSUP dr. Kariadi.
Nuzmatun menceritakan soal uang yang dikirim untuk 'iuran' kepada putrinya saat menuntut ilmu di Semarang, Jawa Tengah. Pengacara keluarga korban menyebut uang tersebut setidaknya berjumlah Rp225 juta.
Nuzmatun juga mengatakan semua bukti transaksi sudah diserahkan ke Polda Jawa Tengah.
"Terkait iuran, kami sudah ada datanya, sudah kami serahkan ke Polda. Berupa rekening koran. Mengalirnya dana dari saya selaku ibu mengirim ke almarhumah juga sudah saya sampaikan. Sudah saya laporkan," kata Nuzmatun didampingi kuasa hukum keluarga, dikutip Jumat (20/9/2024) malam.
Nuzmatun juga mengatakan, uang tersebut untuk kebutuhan angkatan dan lainnya. Dikeluarkan sebulan sekali. Semester pertama untuk senior, dan selebihnya untuk angkatan.
Dia menjelaskan iuran dengan nominal terbesar ada pada semester pertama. Kemudian di semester berikutnya tetap ada dengan nominal yang berkurang.
"Kalau yang besar itu semester satu. Di semester berikutnya masih ada," katanya.
Bahkan di bulan Agustus 2024, di mana Aulia ditemukan meninggal dunia pada tanggal 12, ternyata iuran itu masih dibayarkan.
"Terakhir membayar. Sampai terakhir, karena bulanan, Agustus itu masih," kata Nuzmatun.
Menurut Misyal Ahmad, pengacara keluarga korban, total yang sudah dikeluarkan dr Aulia, yaitu sekitar Rp 225 juta. Dia mengatakan untuk detailnya akan didalami oleh kepolisian.
"Nilai uang itu Rp 225 juta tapi kita enggak tahu penggunaannya ke mana saja. Masih diperiksa oleh kepolisian melalui rekening koran. Besok ada keterangan tambahan di Polda," kata Misyal.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya menyebut ada pemerasan hingga puluhan juta rupiah di PPDS Anestesi Undip tempat dr Aulia Risma menimba ilmu. Undip juga mengakui ada iuran Rp20-40 juta per bulan di semeter pertama. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved