Harga jual garam produksi petani tambak garam di Demak terus menurun. Kondisi ini diperparah sulitnya pemasaran ke luar kota Demak.
Menurut Abdul Salam, petani tambak garam asal Desa Tedunan, Wedung, Demak, kualitas garam produksi Demak tak jauh beda dengan hasil dari daerah lain. Namun mereka kesulitan memasarkan ke luar daerah.
Menurutnya, jika harga jual murah, maka biaya produksi dan keuntungan didapatkan tak menutup, sehingga petani rugi.
Abdul Salam juga mengeluhkan komentar yang mengatakan harga garam Demak kualitasnya jelek dan tidak laku di luar daerah.
"Ya, mau gimana? Jualnya akhirnya cuma di daerah-daerah Demak saja. Di Jepara tetangga atau Kudus istilahnya cuma nyebrang, kita nggak dapat apa-apa. Yang laku garam krosok dari Rembang, padahal kualitasnya biasa saja. Tetapi, kita sekarang coba menawarkan online mayan," tutur Abdul, dikutip Sabtu (5/10/2024).
Abdul juga mengatakan, tantangan bagi para petani garam akan semakin berat saat musim hujan. Ketika musim hujan, petani garam harus pintar-pintar mengatur produksi agar bisa tetap berjalan tanpa terhambat hujan.
Produksi harus dikebut agar stok garam selama musim penghujan aman. Menurutnya, petani harus kerja keras memproduksi garam agar stok yang tersedia cukup.
Abdul Salam berharap agar nasib petani garam terangkat jika pemerintah dapat membantu memberikan pendampingan maupun bantuan demi kelangsungan hidup dan masa depan produksi usaha mereka.
"Mbok menawi (kalau mungkin-red) pemerintah membantu memperkenalkan garam Demak kita sangat senang sekali. Harapan kami, produksi kita laris manis laku dimana-mana. Kami akui sulit terutama dalam memasarkan, kita selalu kalah dengan produk-produk daerah lain. Harga juga berbeda jauh, garam-garam daerah lain lebih mahal ya laku. Sementara kita harganya murah nggak laku," ujarnya. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved