Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, mengizinkan mantan presiden yang terkenal sebagai diktator, Ferdinand Marcos, dimakamkan di taman makam pahlawan negara itu. Selama ini banyak warga Filipina yang menentang rencana tersebut.
"Saya akan mengizinkan Marcos dimakamkan di pemakaman di Libingan ng Mga Bayani, bukan karena ia seorang pahlawan melainkan karena ia adalah seorang prajurit Filipina," ujar Duterte, dikutip dari media lokal Philstar, Selasa (24/05).
Pernyataan Duterte itu mengacu kepada taman makam pahlawan seluas 142 hektar di Manila tempat sejumlah pahlawan nasional Filipina dimakamkan.
Di ujung masa kepemimpinannya, Marcos dituding sebagai diktator dan kleptokrat, yang memimpin pemerintahan dengan mengambil uang pungutan (pajak) dari rakyat untuk memperkaya kelompok tertentu atau diri sendiri.
Memerintah Filipina selama 20 tahun dari tahun 1965 hingga 1986, keluarga Marcos diperkirakan mengumpulkan kekayaan hingga US$10 miliar, atau sekitar Rp135 triliun.
Marcos lengser saat revolusi meletus di Filipina pada 1986 Ia kemudian melarikan diri ke Hawaii dan wafat dalam pengasingan pada 1989. Tubuhnya dibalsem dan hingga saat ini dipamerkan di sebuah makam di kampung halamannya di wilayah Filipina utara.
Pemerintah Filipina menyita kurang dari US$5 miliar kekayaan keluarga Marcos dan kroninya, baik dalam bentuk uang tunai, saham, properti real estate, karya seni dan perhiasan.
Pemerintahan Filipina terdahulu menolak mengizinkan permintaan keluarga Marcos untuk menguburkannya di taman makam pahlawan, karena mempertimbangkan penentangan dari puluhan ribu warga Filipina, termasuk para korban pelanggaran hak asasi manusia saat Marcos memerintah.
Pada pemilihan umum 9 Mei lalu, putra Marcos mencalonkan diri sebagai wakil presiden untuk Leni Robredo, anggota kongres Filipina, dan berhasil mendapatkan dukungan sekitar 200 ribu hingga 300 ribu pemilih, menurut perhitungan suara sementara.
Analis dari Institut Reformasi Politik dan Pemilu, Earl Parreno, menyatakan bahwa keputusan Duterte untuk mengubur Marcos di pemakaman pahlawan akan memecah belah dukungan terhadapnya.
"Ini langkah yang salah untuk menghabiskan modal politik di awal, ketika ia harus mengkonsolidasikan dukungan," katanya kepada Reuters, sembari menambahkan bahwa keputusan Duterte itu bisa menyulut protes.
Duterte juga dapat membuat geram warga Filipina jika ia membebaskan mantan presiden Gloria Arroyo, yang ditahan di rumah sakit selama 5 tahun atas tuduhan korupsi. "Dia juga harus dibebaskan," kata Duterte, yang saat ini masih menjabat sebagai Wali Kota Davao City.
Duterte, 71, terpilih sebagai presiden Filipina setelah menang telak atas para rivalnya pada pemilu 9 Mei lalu. Duterte terkenal atas komentarnya yang kontroversial. Salah satunya, janjinya akan menembak mati para penjahat kriminal.
© Copyright 2024, All Rights Reserved