Surat terbuka Maria Franz Anton Valerian Benedictus Ferdinand von Magnis atau biasa dipanggil Romo Magnis yang memprotes rencana pemberian Penghargaan Negarawan Dunia atau World Statesman Award untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), lebih berbau provokatif ketimbang masukan konstruktif. Pandangan Romo Magnis itu dinilai lebih sebagai ungkapan kebencian ketimbang keinginan memperbaiki keadaan.
Demikian disampaikan Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief, Selasa (21/05), menanggapi surat terbuka yang dikirimkan Romo Magnis untuk The Appeal of Conscience Foundation (ACF), lembaga yang berpusat di New York, Amerika Serikat yang berencana memberikan penghargaan kepada Presiden republik Indonesia karena dianggap berjasa dan berhasil menciptakan perdamaian, toleransi beragama, dan menangani konflik dengan baik.
Dalam surat terbuka itu, protes Romo Magnis menyangkut 2hal. Pertama, selama 8,5 tahun kepemimpinannya, Presiden SBY tidak pernah menyatakan kepada rakyat Indonesia untuk menghormati minoritas. Kedua, SBY tidak pernah melindungi kelompok yang menjadi korban kekerasan seperti dalam kasus Ahmadiyah dan Syiah yang dicap sesat oleh kelompok aliran keras.
"...pemerintah yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono tidak melakukan apa-apa dan enggan mengatakan sepatah kata pun untuk melindungi mereka?” tulis Romo Magnis.
Dalam surat itu, Magnis yang kelahiran Eckersdorf, Silesia, Jerman (kini Bokow, Nowa Ruda, Polandia), 26 Mei 1936 itu menuturkan ratusan orang Ahmadiyah dan Syiah yang dianggap sesat diusir dari tempat tinggal mereka. Akibatnya, mereka mengungsi ke tempat-tempat pengungsian seperti gedung olahraga.
“Bahkan sudah ada jemaah Ahmadiyah yang dibunuh dan warga Syiah yang tewas (sehingga muncul pertanyaan apakah Indonesia akan memburuk kondisinya seperti di Pakistan dan Irak [seperti yang dikatakan Presiden GW Bush] di mana setiap bulan ratusan orang Syiah dibunuh dengan dalih agama)?” tulis Romo Magnis.
Andi Arief menilai, apa yang disampaikan Romo Magnis itu lebih bernada hasutan atau provokatif ketimbang keluhuran budi yang tulus untuk memperbaiki keadaan. Magnis menisbikan perubahan positif yang telah dicapai oleh pemerintah selama ini.
“Sikapnya itu lebih sebagai kebencian ketimbang ingin memperbaiki keadaan. Denyut perubahan positif yang amat banyak, bagi Magnis dianggap tak ada. Isi surat Magnis menunjukkan dia amnesia terhadap keadaan,” tandas Andi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved