SETIAP kali seorang pemimpin baru dilantik, terutama pada posisi tertinggi seperti presiden, rakyat menaruh harapan besar pada pidato pelantikan mereka.
Pidato ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah cerminan visi yang ditawarkan pemimpin tersebut kepada bangsa.
Demikian pula ketika Prabowo dilantik sebagai presiden kemarin 20 Oktober 2022, pidatonya menjadi pusat perhatian, bukan hanya untuk mendengar apa yang ia sampaikan, tetapi juga untuk mencari tanda-tanda mengenai masa depan kepemimpinannya. Apakah ia akan menjadi pemimpin yang mampu menjawab tantangan bangsa, atau justru akan mengulangi pola yang sama seperti pendahulunya?
Dalam pidato Prabowo, kita bisa menangkap harapan besar yang ia tanamkan kepada rakyat. Sebagai seorang yang dikenal memiliki latar belakang militer, semangat patriotisme sering kali menjadi tema sentral dari retorikanya. Prabowo kerap berbicara tentang cinta tanah air, tentang keberpihakan pada rakyat kecil, tentang masalah korupsi pada bangsa ini dan pentingnya kedaulatan bangsa. Kata-kata seperti ini, bila diresapi, tentu menggugah dan memberikan secercah harapan di tengah berbagai problematika yang dihadapi bangsa. Namun, retorika, sebagaimana kita ketahui, belum tentu menjadi jaminan terhadap realisasi janji-janji politik.
Rakyat Indonesia sudah terlalu sering mendengar janji-janji manis dari para pemimpin sebelumnya. Sosok seperti Jokowi, misalnya, pada awal pemerintahannya sepuluh tahun lalu, juga datang dengan membawa angin segar harapan. Namun, sejarah kemudian mencatat bahwa banyak janji yang tak terpenuhi, dan justru proyek-proyek ambisius seperti Ibu Kota Negara (IKN) menjadi prioritas, sementara kebutuhan mendasar seperti pendidikan dan kesejahteraan rakyat seringkali terabaikan. Lebih tragis lagi, baru-baru ini, pada 20 Oktober, bangsa ini disuguhkan dengan pemandangan di mana putra Jokowi dilantik melalui jalur nepotisme, sebuah tindakan yang dianggap mencederai prinsip demokrasi dan keadilan bagi bangsa besar ini seolah melempar kotoran di wajah bangsa ini.
Di tengah kekacauan seperti ini, harapan rakyat kepada Prabowo menjadi semakin besar. Banyak yang berharap bahwa Prabowo bukanlah sekadar demagog, sosok yang pandai mengobral janji tetapi tak mampu mewujudkannya. Rakyat ingin melihat tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata. Prabowo diharapkan mampu memahami penderitaan rakyat yang kini menanggung beban dari berbagai proyek mercusuar pemerintahan sebelumnya, proyek yang, meskipun ambisius, sering kali mengabaikan kebutuhan mendasar rakyat.
Salah satu tantangan terbesar bagi Prabowo adalah membuktikan bahwa ia benar-benar seorang patriot, seorang pemimpin yang berdiri bersama rakyat. Ini berarti ia harus mampu mendengarkan suara rakyat, mengutamakan kebutuhan mendasar seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan, serta berani menolak segala bentuk kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir elite dan oligarki. Bila ia mampu melakukannya, maka ia akan dikenang sebagai pemimpin yang berhasil membawa perubahan nyata bagi bangsa ini.
Namun, bila Prabowo hanya mengulangi pola-pola sebelumnya, di mana janji-janji hanya menjadi sekadar hiasan pidato dan realitas rakyat tetap sama?"penuh penderitaan dan ketidakadilan?"maka ia tidak lebih dari seorang penipu, sosok yang memamerkan harapan palsu seperti yang pernah dilakukan Jokowi. Rakyat berharap Prabowo mampu melampaui harapan, membuktikan bahwa ia bukan bagian dari siklus politik yang korup, dan benar-benar bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara.
Semoga Prabowo mampu membuktikan dirinya sebagai seorang patriot sejati, bukan seorang politisi yang hanya mengejar ambisi pribadi. Sejarah akan mencatat, dan rakyat akan menjadi saksi, apakah Prabowo benar-benar seorang pemimpin yang peduli pada rakyat atau hanya seorang demagog yang menjanjikan perubahan tanpa bukti nyata. Semoga ia memilih jalan yang benar, jalan di mana kepentingan bangsa dan rakyat menjadi prioritas utama.
*Penulis adalah Pemerhati Kebangsaan Warga Republikanisme
© Copyright 2024, All Rights Reserved