MAKASSAR, THE GREAT EXPECTATION, tagline itulah yang menjadi motto Kota Makassar sejak tahun lalu. Sebuah harapan memang tengah menggelayuti hari-hari pembangunan kota yang lekat dengan julukan ‘Anging Mamiri’ itu.
Kota yang berpenduduk 1,3 juta jiwa itu punya sebuah obsesi yang ingin diwujudkan dalam realitas. Ingin menjadi pusat pelayanan dan pengembangan di Kawasan Timur Indonesia.
Seperti di ungkap Walikota Makassar periode 2004 -- 2009, Ir H. Ilham Arief Sirajuddin MM. Wilayahnya tidak ingin hanya dikenal sebagai pintu gerbang Indonesia Timur. Sebutan itu, menurut dia, membuat kesan Kota Makassar hanya sebagai kota transit semata. “Makassar harus menjadi kota destinasi/ tujuan, tempat pusat pelayanan dan pengembangan Kawasan Timur,” cetusnya.
Apalagi, pemerintah pusat berencana untuk menjadikan propinsi ini termasuk dalam satu diantara sembilan propinsi yang akan akan dikembangkan menjadi kawasan Free Trade Zone (FTZ).
Selain itu, kota yang sejak 1970 hingga 2000 pernah menyandang nama Ujung Pandang itu tengah menyusun konsep sebuah kota masa depan yang Metropolis. Mamminasata, demikian namanya.
Nah, bagaimana upaya Makassar menghadapi tantangan dan peluang itu? Berikut petikan wawancara dengan politikindonesia.com dengan pria berkaca mata itu di kantornya:
Bagaimana visi pemerintah kota dalam membangun Makassar?
Kita punya komitmen untuk membangun Makassar sebagai kota metropolitan. Selama ini orang beranggapan Makassar hanyalah kota transit yang konotasinya sebagai tempat singgah, atau penyeberangan. Citra itu ingin kita ubah. Visi kedepan, Makassar adalah pusat pelayanan dan pengembangan di Kawasan Timur. Bukan lagi kota transit, tapi kota destinasi, tempat yang nyaman, dan aman bagi pendatang yang akan menetap dan singgah di sini.
Untuk mencapai itu apa yang dilakukan?
Kita menata kota ini secara khusus. Kami berupaya mengintegrasikan tata ruang kota Makassar dengan kota disekitarnya. Penataan ini untuk mendukung obsesi besar menuju kota Metropolitan Mamminasata.
Apa itu Metropolitan Mamminasata?
Mamminasata itu akronim. Singkatan dari Makassar, Maros, Sungguminasa-Gowa, dan Takalar. Ini adalah konsep pembangunan kota modern. Mirip dengan Jabotabek-nya, Jakarta. Konsep ini terbentuk dari perkembangan Makassar yang demikian pesat, hingga ada aglomerasi dengan tiga kota lainnya. Dalam Mamminasata, Makassar sebagai pusat kota. Ia mendominasi kegiatan perkotaan seperti pusat pelayanan produksi, distribusi dan jasa serta berfungsi sebagai simpul transportasi untuk melayani wilayah sekitar Makassar. Sedang tiga kota lainnya menjadi kota pendukung yang bukan hanya terimbas. Tapi ikut maju bersama Makassar.
Langkah-langkah apa yang ditempuh untuk mewujudkan konsep ini?
Khusus untuk kota Makassar, kita tengah merancang peraturan daerah tentang tata ruang wilayah. Draft finalnya dalam pembahasan. Selain untuk Mamminasata, perda ini juga antisipasi perkembangan Kota Makassar yang makin maju. Iklim yang makin kondusif dan banyak pihak ingin berinvestasi perlu kita buatkan tata ruang wilayah sebagai pedoman jelas.
Bagaimana konsep tata ruang wilayah dalam perda itu?
Anatominya seperti ini. Kita bagi kota ini jadi lima kawasan pengembangan, tiga belas kawasan terpadu, tujuh kawasan khusus dan sebuah kawasan prioritas. Diharapkan terbangun interkoneksitas atas berbagai kepentingan yang ada, baik itu bisnis, industri, pariwisata, maupun ketersediaan permukiman serta sarana penunjangnya.
Bagaimana fungsi masing-masing kawasan itu?
Wilayah pengembangan adalah kawasan terikat yang dikembangkan menurut karasteristik lingkungannya. Ada lima wilayah dengan acuan dua sungai besar yang membelah Makassar yaitu sungai Tallo dan sungai Jeneberang.
Untuk tiga belas kawasan terpadu, dibagi atas kawasan pusat kota, permukiman, pelabuhan laut, bandara, pelabuhan maritim, industri, pergudangan, pendidikan tinggi, riset, budaya, olah raga, bisnis dan pariwisata, dan bisnis global.
Kawasan khusus dan kawasan prioritas seperti apa?
kawasan khusus ditetapkan atas dasar sensitifitas, kompleksitas dan strategitas wilayah. Contohnya, dalam seabad di Makassar telah terjadi sendimentasi 600 hektar. Jika anda lihat pulau di depan pantai losari, itu adalah pulau tumbuh akibat sendimentasi. Wilayah seperti ini kita tetapkan sebgai kawasan khusus.
Sedang kawasan prioritas adalah pengembangan pantai Losari. Kita tahu, kawasan ini juga masuk program nasional.
Dibidang infrastruktur pendukung apa yang dilakukan pemerintah?
Banyak. Ada enam proyek infrastruktur besar yang kini tengah dijalankan. seperti, pembangunan jalan tol, pelebaran jalan Perintis Kemerdekaan, pembangunan Bandara Hasanuddin, pembangunan Pelabuhan Makasar, pembangunan Pelabuhan Perikanan Nusantara dan penanganan pemukiman kumuh.
Sejauh mana perkembangan proyek infrastruktur ini?
Jalan tol sepanjang 11 km dari bandara ke pusat kota yang akan dibangun itu nilai investasinya kurang lebih nilainya Rp.400 miliar. Proyek ini sudah deal antara pemerintah pusat dan Bosowa selaku pengembang. Kini tinggal kesepakatan harga yang ada negoisasi ulang karena kenaikan harga.
Kemudiana untuk jalan Perintis Kemerdekaan, kita lebarkan dari empat jalur menjadi delapan jalur. Insya Allah tahun 2007 akan dijalankan. Proyek ini sebagai antisipasi melonjaknya arus penumpang di bandara Hasanudin yang diprediksi mecapai lima juta orang. Jika 50 persen saja masuk ke kota, berartikan kurang lebih ada sekitar satu juta kendaraan yang bolak-balik dari bandara ke pusat kota.
Melonjaknya penumpang di bandara juga kita antisipasi dengan memperbaiki fasiltas bandara yang ada. Apron (tempat parkir pesawat-red) dan ruang tunggu kita baguskan. landasan apacunya juga diperpanjang jadi 3000 meter (sebelumnya-2500 meter-red).
Mengenai pembangunan pelabuhan bagaimana?
Di wilayah timur ini transportasi laut cukup mendominasi. Karena kita perlu perbaiki kemampuan pelabuhan yang ada. Dengan menyiapkan 150 hektar lahan, nantinya pelabuhan ini menjadi yang terbesar di Kawasan Timur Indonesia.
Untuk menarik minat investasi di Makasar apa yang dilakukan pemkot?
Kita sangat wellcome terhadap para investor. Beberapa kemudahan kita tawarkan untuk menarik minat mereka. Misalnya, keringanan administratif, percepatan izin seperti ijin lokasi dan ijin prinsip. Kita juga berikan insentif khusus terhadap biaya restribusi. Semua itu masih yang bersifat regulasi perizinan yang jadi kewenangan kita. Mudahan-mudahan, jika pemerintah pusat menunjuk Makassar sebagai kawasan FTZ kita bisa berbuat lebih banyak.
Seperti apa harapan anda terhadap Kota Makassar ke depan?
Kami ingin membangun Makassar betul-betul pusat layanan di Kawasan Timur Indonesia. Seperti tagline yang kita luncurkan tahun lalu, ”Makassar The Great Expectation” kita berharap apa yang jadi pemerintah dan masyarakat ini dapat terwujud menjadikan Makassar sebagai kota Metropolitan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved