Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan, apa yang terjadi dalam Pemilu 2024 merupakan kombinasi Pemilu 1971 dan Pemilu 2009.
Hasto mengaku dirinya tidak sembarangan menyampaikan hal itu karena telah melakukan kajian secara komprehensif mengenai periode pemilu tersebut.
"Betul. Kajian saya. Saya udah baca, dan saya coba bandingkan antara apa yang dilakukan oleh Pak Harto yang oleh Ibu Megawati Soekarnoputri saat ini disebut Neo Orde Baru," kata Hasto dalam acara sebuah stasiun televisi yang dikutip Minggu (17/3/2024).
Menurut Hasto, dia telah melakukan perbandingan antara Pemilu 2009 dan 2024 dan hasilnya merupakan perpaduan antara Pemilu 1971 dan 2009.
Hasto mengaku siap bertanggung jawab dengan hasil risetnya tersebut lantaran melihat pemilu tahun ini jauh dari prinsip demokrasi.
"Saya pertanggungjawabkan secara akademis, karena saya melakukan banyak riset, dan ini mengganggu proses pelembagaan partai," kata Hasto.
Hasto mengatakan, apa yang dilakukan penguasa dalam Pemilu 2024 terjadi hal-hal yang mereduksi bahkan menghilangkan prinsip-prinsip demokrasi," kata Hasto.
"Buat apa rakyat memberikan suaranya ketika segala sesuatunya sudah dilakukan manipulasi diatur dari hulu ke hilir? Ini yang kemudian kita harus bersikap kritis, karena Indonesia ini dibangun dengan cita-cita besar," kata Hasto.
Hasto mengutip pernyataan tokoh politik nasional Profesor Ikrar Nusa Bakti yang menyebutkan bahwa Indonesia dibangun untuk melanjutkan perjuangan para pejuang bangsa, bukan menghalalkan dinasti politik era Orde Baru.
"Kata Prof Ikrar Nusa Bhakti kita ini pemilik republik yang melanjutkan sejarah perjuangan para pahlawan bangsa para pejuang kita. Masak kemudian kita kalah sama satu keluarga yang hanya terdiri dari 5 orang yang membungkam seluruh nilai-nilai demokrasi dengan cara-cara yang populis!" pungkas Hasto. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved