Anggota Komisi IV DPR, Hermanto, mengatakan, mahalnya harga beras berkepanjangan belakangan ini terjadi karena Bulog tak berdaya menghadapi para pelaku usaha.
Sebab, kata Hermanto, stok beras yang dimiliki Bulog jauh lebih kecil dibandingkan dengan stok beras yang dikuasai pelaku usaha.
"Dengan kemampuan yang kecil itu, operasi pasar yang dilakukan Bulog tidak mampu menstabilkan harga beras," kata Hermanto dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (8/3/2024).
Hermanto mengatakan, untuk mengisi gudang beras, Bulog selalu menunggu penugasan untuk impor beras .
"Selama waktu tunggu itu, stok beras dikendalikan oleh pelaku usaha," kata Anggota DPR Fraksi PKS tersebut.
Menurut Hermanto, pasar beras saat ini sudah cenderung monopolistik karena sejumlah lahan pertanian yang cukup luas tertentu dikuasai oleh pelaku usaha.
"Para petani sudah menjual gabahnya sebelum panen kepada para pengusaha," kata Hermanto.
Hermanto mengatakan, kenaikan harga beras saat ini tidak menguntungkan petani karena stok gabah petani sudah terjual kepada pelaku usaha.
Menurut Hermanto, kenaikan harga saat ini sangat dipengaruhi faktor tata niaga beras yang dikuasai pelaku usaha.
"Sementara Bulog yang ditugasi menstabilkan harga beras tidak memiliki fungsi yang sempurna karena hanya ditugasi menyerap beras petani tanpa fungsi distribusi. Akibatnya, operasi pasar beras oleh Bulog tidak terasa menstabilkan harga beras," kata Hermanto.
Untuk itu, Hermanto minta kepada Pemerintah agar Bulog diberi tugas yang sempurna yaitu menyerap dan distribusi sehingga harga pasar beras dapat dikendalikan.
"Dengan upaya itu harga beras menjelang dan saat Ramadan diharapkan turun. Harga pangan yang wajar dan terjangkau semua lapisan masyarakat akan memberikan ketenangan bagi mereka dalam menunaikan ibadah puasa Ramadhan," pungkas legislator dari Dapil Sumbar I ini. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved