Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menceritakan perbedaan organisasi Himpunan Mahasiswa Islama (HMI) dengan Nahdlatul Ulama.
"Untuk membandingkan ada organisasi Islam yang namanya HMI, itu kaca mata HMI nya tidak pernah dicopot, mereka yang ke Golkar kaca matanya tetap HMI, yang ke PPP kaca matanya tetap HMI, pokoknya di mana-mana kaca mata HMI nya tidak dicopot," kata KH Mustofa Bisri dikutip dari cuplikan video di TikTok, Minggu (15/9/2024).
Menurut Gus Mus, kebiasaan orang NU tidak sama dengan HMI. Jadi kalau orang NU kalau ke Golkar maka kaca mata NU nya dicopot diganti kaca mata Golkar. Kemudian kalau di PPP maka kaca mata NU dicopot ganti kaca mata PPP.
"Di mana dia berada kaca matanya dipakai, kaca mata NU dicopot. Sehingga kalau di Golkar pakai kaca matanya Golkar dan kalau di PPP pakai kaca mata PPP, sudah enggak kelihatan NUnya lagi," kata Gus Mus.
Tapi, kata Gus Mus, kalau HMI dimanapun mereka berada lalu bisa berembuk satu sama lain.
"Saya sudah menjadi saksi mata ketika MPR disebut sebagai Ijo Royo Royo itu semuanya banyak yang bicara, orang Islam, NU yang tua, di sana ada Kyai Ilyas, ada Kyai Maimun, ada Kyai Kholil, yang muda banyak sekali, yang di Golkar ada Slamet Effendy Yusuf, ada yang di PPP Renazil Muhammad, ada yang di PDI segala macam," kata Gus Mus.
Kalau orang NU, kata Gus Mus, maka ketika mau bersalaman di ruang sidang paripurna itu saja dia harus noleh dulu. Misal, anak muda NU yang di Golkar mau salaman dengan Kyai NU yang di PPP maka dia harus noleh-noleh dulu, aman ga, soalnya kalau ada seniornya misalnya di Golkar maka dia akan ngomong wuah reuni nih ya.
"Tapi kalau HMI enggak, mereka ngeriung, melayarkan Murchlolish itu biasa, berapa yang di Golkar itu banyak ya, itu yang di PDI ada berapa, di depan orang banyak di ruang sidang paripurna mereka santai saja karena mereka semuanya pakai kaca mata mereka semuanya pakai kaca mata HMI. Itulah perbedaannya," pungkas Gus Mus. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved