Pemerintah akan mengkaji harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebagai dampak konflik Kawasan Timur Tengah, terutama kudeta terhadap Pemerintahan Mesir.
"Nanti kita akan review (kaji) dulu, tidak bisa satu hari," kata Menteri Keuangan Chatib Basri usai rakor di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (08/07).
Menurut Chatib, adanya sedikit tekanan pada harga ICP menyebabkan harga ICP naik. Namun akan ada peningkatan pasokan minyak pada 2013 dan 2014. "Jangan terlalu cepat menyimpulkan harga ICP kita naik atau tidak. Kita lihat dahulu perkembangannya beberapa waktu," ujar Chatib.
Chatib mengatakan, tekanan politik memang sempat bereaksi teerhadap pasar dunia, terutama di Amerika Serikat menjadi US$101 per barel yang semula US$99 per barel.
"Kami melihat konfigurasi produksi minyak 2014, ada kemungkinan produksinya meningkat karena permintaannya lebih banyak. Jadi nanti sejauh mana efek politik ini akan berlangsung," ujar Chatib.
Chatib menegaskan, pemerintah tidak mau berkesimpulan terhadap kenaikan tersebut karena kondisi pasar yang cepat beraksi.
"Saya bilang efeknya tidak bisa dilihat hanya hari itu karena pasar bereaksi seketika. Kalau pasokannnya banyak, akan kembali normal. Saya tidak mau cepat-cepat bilang ICP naik karena nanti cuma beberapa hari," kata Chatib.
Berdasarkan kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Agustus naik 28 sen menjadi US$103,50 per barel pada perdagangan pagi dan minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan Agustus naik 25 sen ke posisi US$107,97.
Kenaikan harga minyak tersebut juga mimicu kenaikan di perdagangan Asia pada Senin (08/07) setelah data pekerjaan dari Amerika Serikat mengalahkan ekspektasi, mendorong kepercayaan di ekonomi terbesar dunia.
Minyak mentah yang dihargakan dalam dolar AS juga memicu melemahnya nilai tukar mata uang lemah. Termasuk rupiah yang bergerak melemah sebesar 5 poin menjadi Rp9.945 dibanding posisi sebelumnya Rp9.940 per dolar AS.
© Copyright 2024, All Rights Reserved