Di dunia sosial media, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku kerap di bully oleh sejumlah pihak, terkait program-program yang dijalankannya saat menjabat sebagai Presiden. Ia kerap dibanding-bandingkan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Soal jumlah utang negara adalah salah satu yang kerap dijadikan bahan bullying terhadapnya.
Cerita itu disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat itu ditengah safari politik tour De Java di Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (9/03) malam. Malam itu, SBY memberikan arahan dan mendengarkan masukan dari kader PD setempat.
SBY mengatakan, di dunia sosial media, setiap kali ia menuliskan tweet, selalu ada komentar beragam dari publik.
“Ada yang positif, netral, dan negatif. Biasa seperti itu. Kalau saya melepas tweet, rata-rata sentimen positif sampai 70 persen, yang netral 10 persen, yang negatif 0,1-6 persen," ujar SBY.
Ia mengatakan, dirinya sering dijadikan sasaran untuk hal-hal yang berkaitan dengan isu sensitif dalam pemerintahan.
“Sedikit-sedikit kalau ada masalah itu kesalahan SBY, ini warisan masa lalu. Ini yang nggak baik dari pemerintahan SBY,” ujar SBY.
SBY mengeluh, karena sejak dulu dirinya tidak pernah menyalahkan pemerintah sebelumnya, terhadap masalah yang dihadapi pemerintahannya.
“Padahal dulu saya nggak pernah menyalahkan (dan mengatakan) ini kesalahan Bu Mega, kesalahan Gus Dur, kesalahan Pak Habibie," jelas SBY.
SBY mengaku ingin mengimbangi tudingan-tudingan itu dengan fakta yang ada. Presiden RI ke-6 ini terkadang merasa tidak habis pikir akan cercaan yang kadang sangat kasar dan keji kepadanya. “Kadang-kadang komentarnya kasar betul. Malu kalau orang Indonesia kasar seperti itu, seperti orang tidak pernah sekolah tapi tidak apa-apa. Caranya kita jawab dengan realitas, dengan apa yang terjadi," kata SBY.
Salah satu cara menjawabnya dengan menampilkan fakta yang terjadi. “Contohnya Anda sakit perut, diedarkan kabar, saya baca sendiri. Zamannya dulu untuk ngurus izin 2 tahun, zaman sekarang 3 jam. Masuk akal tidak? hehe, berlebihan begitu ya," ujar SBY.
SBY mengatakan, bully yang kerap diterimanya terkait isu utang pemerintah. SBY pun mengaku berusaha untuk meluruskan isu-isu yang dihembuskan pihak tertentu.
“Ini pemerintah dikatakan dalam waktu 8 bulan waktu itu sudah melunasi utang kalau tidak salah disebut 321 triliun. Itu katanya utang warisan SBY. Coba. Padahal dulu tahun 2004 saya menerima keadaan utang Indonesia yang disebut debt to GDP ratio? Bahasa gampangnya, jumlah uang republik ini untuk menanggung utang," terang SBY.
SBY mengatakan, saat pertama menjabat Presiden pada tahun 2004, debt to GDP Indonesia berada di kisaran 56 persen. Artinya, ujar SBY, uang yang diterima negara separuhnya digunakan untuk membayar utang.
“Selama 10 tahun terus kita perbaiki, kita kurangi sehingga tahun 2014 kemarin, tinggal 25 persen. Lebih dari separuhnya. Artinya hanya seperempat saja dari keuangan negara kita untuk menanggung utang. Itu kan bagus," terangnya.
Kemudian, 1 tahun setelah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), disebut SBY, debt to GDP Indonesia kembali naik. Meski demikian, SBY mengaku memakluminya karena pemerintah tengah menggenjot infrastruktur.
"Sekarang dalam waktu satu tahun lebih sedikit naik lagi jumlahnya luar biasa sampai 36 persen kalau tidak salah debt to GDP ratio. Saya tidak pernah mencerca atau berkomentar miring karena saya merasakan dalam mengatur negara tidak mudah. Saya juga begitu dulu," tuturnya.
Meski demikian, ketika ia mengambil sikap seperti itu, tiba-tiba diberitakan bahwa itu utang warisan SBY. “Jadi menurut saya too much ini, terlalu jauh, jangan begitulah. Kita mendukung pemerintah sampai selesai mengakhiri tugas, nanti berkompetisi lagi di 2019 Insya Allah kita akan berhasil," sambungnya.
SBY berharap masyarakat mau melihat segala permasalahan dengan kacamata lebih luas lagi dan realistis. Menjadikannya sebagai pihak yang terus disalahkan, tidak akan memperbaiki permasalahan di negara ini.
“Mbok jangan terus-terusan menyalahkan SBY atau pemerintahan dulu. Sampai kapan? Sudahlah. Kita hormati, tidak pernah ganggu pemerintah ini, kita mendukung, dalam banyak hal, ikut mencari solusi. Saya kira itu baik, hubungan di antara partai pemimpin atau pemerintah yang sedang mengemban tugas," tandas SBY.
© Copyright 2024, All Rights Reserved