Program pemberdayaan usaha garam rakyat (Pugar) yang diluncurkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ternyata mampu meningkatkan produktivitas garam rakyat di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Bahkan peningkatannya hingga mencapai 100 persen. Produksi garam Lamongan yang semula hanya 40 ton per hektare per tahun, saat ini sudah mencapai 80 ton.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lamongan Suyatmoko kepada politikindonesia.com, seusia diskusi bertema "Industrialisasi Garam Rakyat Untuk Mewujudkan Kemandirian Produksi Garam Nasional," di Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (25/05).
Dijelaskan, selain Pugar, peningkatan produktivitas garam di Lamongan juga disebabkan inovasi terpalisasi tambak yang disinergikan dengan Pugar. Hal itu pun didukung oleh potensi lahan garam rakyat seluas 350 hektar (ha) dengan produksi mencapai 30.000 ton per tahun.
“Sinergi kedua program tersebut kami lakukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas garam, baik untuk kebutuhan konsumsi dan industri. Sehingga produk garam ini mampu menjadi alternatif komoditas unggulan, selain perikanan di wilayahnya," ujarnya.
Walaupun, produksi garam di Lamongan belum terlihat di masyarakat karena proses produksi hanya dilakukan di belakang pemukiman. Selain itu, pekerjaan petambak garam juga belum menjadi acuan sebagai pekerjaan yang menguntungkan. Namun, pihaknya tetap optimistis, Lamongan mampu memproduksi garam hingga 400 ton per ha per tahun.
“Hal ini tidak terjadi seperti di Gresik. Kami melihat, petambak di sana sudah banyak sekali. Mungkin di sana petambak garam sudah menjadi pekerjaan masyarakat sekitarnya. Bahkan, kalau melewati daerah itu banyak sekali terbentang lahan industri garam," ungkapnya.
Sementara itu, Kasubdit Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Paskah Gumilar menambahkan, meningkatnya produksi garam di Lamongan menjadi salah satu bukti Indonesia telah berhasil melakukan swasembada garam. Pihaknya pun menginginkan garam konsumsi dapat diekspor tahun ini.
“Saat ini kita sudah mengalami suplus garam, sehingga kami meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menyetop impor. Kami juga memintan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag untuk menghapuskan segala bentuk impor garam konsumsi, menghapus monopoli impor oleh BUMN dan menyerap garam rakyat untuk kebutuhan konsumsi nasional," katanya.
Dijelaskan, neraca garam nasional saat ini menunjukan hasil positif. Data produksi pada tahun 2012 menunjukan hasil produksi yang melampaui target sebanyak 2,02 juta ton dari proyeksi awal 1,3 juta ton. Jumlah sebanyak itu dihasilkan dari 40 kabupaten/kota pusat penghasil garam di Indonesia.
“Selama ini kebutuhan garam konsumsi nasional sebanyak 1,4 juta ton, dengan asumsi per bulan 120.000 ton. Dari produksi yang kita hasilkan, berarti saat ini kita mengalami surplus garam nasional sekitar 1,5 juta ton," ucapnya.
Menurut Gumilar, surplus garam konsumsi juga akan terjadi di tahun 2013. Target produksi di tahun ini sebesar 1,84 juta ton. Sehingga pada tahun ini, garam konsumsi dapat diekspor. Karena, pihaknya optimis target produksi tahun ini bisa dicapai dengan mudah dengan memberdayakan 3.557 kelompok petambak nelayan.
“Pemberdayaan mereka ini masuk dalam program Pugar. Sehingga memudahkan kami untuk mencapai target tersebut. Karena dalam Pugar, semuanya dikelola dengan baik, mulai dari mutu hingga hasilnya," paparnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved