Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi pernyataan Bank Dunia bahwa harga beras di Indonesia tertinggi di banding negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Jokowi mengatakan tingginya harga beras karena dipicu oleh harga beras impor yang dihitung dengan skema "free on board" atau FOB.
"Coba dilihat harga beras FOB itu berapa, kira-kira 530 sampai 600 Dolar AS, ditambah cost freight kira kira 40 Dolar AS. Coba dihitung berapa. Kalau mau membandingkan itu harusnya itu di konsumen. Itu akan kelihatan," kata Jokowi saat meninjau Gudang Bulog Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Kaltim), dikutip Jumat (27/9/2024).
Soal tuduhan harga berasa yang kemahalan ini, Jokowi meminta semua pihak ikut proses terbentuknya harga beras di Indonesia.
Jokowi menjelaskan, saat ini beras di Indonesia berasal dari impor.
Menurut Jokowi, harga beras impor dengan skema FOB itu sudah terbilang mahal, yakni 530-600 dolar AS per ton atau sekitar Rp8 juta sampai Rp9 juta per ton.
Kemudian, ada juga biaya pengiriman barang melalui laut atau "cost freight" yang harus dibayar Indonesia sebagai pengimpor beras, yakni sebesar 40 dolar AS per ton atau sekitar Rp600.000 per ton.
Dari paparan tersebut, dapat dikalkulasikan harga beras impor menjadi Rp8,6 juta sampai Rp9,6 juta per ton atau sekitar Rp8.600 sampai Rp9.600 per kg.
Jokowi juga menyinggung harga gabah yang awalnya Rp4.200 per kilogramnya kini sudah naik menjadi Rp6.200. Dari harga tersebut, Jokowi mengatakan, publik sudah bisa melihat Nilai Tukar Petani (NTP).
Menanggapi pernyataan Bank Dunia terkait pendapatan petani Indonesia yang dianggap rendah, Jokowi menjelaskan, harga jual petani dipengaruhi oleh harga beras atau gabah kering panen, jika tidak ada distorsi di lapangan. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved