Pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi, bahkan melampaui 7 persen. Itu artinya, melebihi dari target pemerintah yang hanya 6 persen. Dalam prediksi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, bisa mencapai 6,3-6,5 persen pada 2011.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Suryo Bambang Sulisto, mengemukakan hal itu, di Jakarta, Kamis (23/12).
Kadin Indonesia berkeyakinan, pertumbuhan ekonomi nasional, bisa lebih tinggi, bahkan melampaui 7 persen. Itu bisa tercapai, kata Suryo, jika pemerintah mengurangi impor bahan pangan, energi, dan bahan baku mentah serta menurunkan suku bunga.
"Jika pemerintah melakukan hal yang benar, pertumbuhan ekonomi bisa melampaui tujuh persen," tegasnya.
Menurut Suryo, biaya yang ditanggung pemerintah untuk impor sangat menguras devisa. Karena itu, Kadin menyayangkan Indonesia yang memiliki kekayaan energi, tapi masih melakukan impor.
Yang tak kalah penting, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi, perbankan harus menurunkan suku bunga kredit komersial hingga di bawah 10 persen. Penurunan suku bunga, kata Suryo, mutlak dilakukan, karena berdampak pada daya saing industri.
Saat ini, net interest margin (NIM) di industri perbankan Indonesia, tertinggi di Asia. Menurut Suryo, perbankan terlalu tinggi menikmati keuntungan. Karena itulah, bank asing tertarik dan mau membeli bank di Indonesia.
Jika pemerintah dan pihak perbankan, menurunkan suku bunga komersial, menurut Suryo, industri kecil dan menengah merupakan pihak yang diuntungkan. Dalam pandangan dia, tidak adil kalau pilar ekonomi, seperti industri kecil dan menengah harus membayar bunga pinjaman paling tinggi.
Menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional juga bisa dilakukan dengan pemberian insentif. Untuk itu, Suryo mengusulkan kepada pemerintah agar memberikan insentif kepada pengusaha yang akan membuka lahan komoditas seperti gula, jagung, dan beras.
Kadin melihat, tidak susahnya bagi pemerintah untuk memberikan insentif. Pemberian insentif ini, kata Suryo, pernah dilakukan kepada perusahaan yang akan membuka lahan sawit. "Sekarang Indonesia merupakan penghasil CPO (minyak sawit mentah) terbesar di dunia."
Untuk menggairahkan investasi, Kadin mengusulkan agar dialihkan ke luar Pulau Jawa. Meski begitu, Suryo mengakui hal itu akan terbentur dengan ketersediaan infrastruktur yang belum memadai, di berbagai wilayah di luar Jawa, terutama di Kawasan Timur Indonesia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved