Peringatan Sumpah Pemuda, Kamis, 28 Oktober 2010, di Stadion Manahan, Solo, meski meriah tetapi diselimuti keprihatinan mendalam atas bencana yang melanda berbagai wilayah di Tanah Air. Wapres Boediono membuka acara itu dengan mengajak ribuan pemuda dan pemudi se-Jawa Tengah, mengheningkan cipta.
Peringatan ke-82 Sumpah Pemuda itu, berlangsung di tengah keprihatinan musibah tsunami di Mentawai dan letusan Gunung Merapi. Sebelumnya banjir bandang melanda Distrik Wasior, Papua Barat, yang penanganannya masih berlanjut.
Pada acara bertema "Bangun Karakter Bangsa Indonesia Yang Maju dan Bermartabat" itu, Wapres berpesan, agar peringatan Sumpah Pemuda tidak sekadar upacara semata. Hari Sumpah Pemuda, kata Boediono, hendaknya diperingati dengan mencintai bangsa dan meningkatkan solidaritas sesama bangsa.
"Ada beberapa tantangan yang dihadapi, antara lain tantangan alam. Kita harus bahu membahu dan meningkatkan solidaritas bangsa," ujar Wapres Boediono dalam pidatonya, Kamis petang.
Selain alam, kita juga dihadapkan pada perubahan umat manusia, terutama hubungan sosial, politik, ekonomi, serta globalisasi. Boediono menyebutkan, munculnya krisis ekonomi. "Beruntung kita punya Sumpah Pemuda yang bisa mengikat, berkomitmen untuk bertahan, menjadikan Indonesia besar dan berwibawa."
Ke depan, Boediono ingin membuktikan, Indonesia bisa menjadi negara mapan dan tegak dengan Sumpah Pemuda. "Kedepan saya ingin menjadikan Indonesia yang makmur."
Acara diisi dengan atraksi Flyingfox yang dilakukan bersamaan oleh Eko Prihartono dan Naning Kurniadi, pembawa naskah Sumpah Pemuda. Tepuk tangan meriah untuk keduanya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved