Sepanjang Bulan Juli 2024 sudah ada dua helikopter yang tercatat terlilit tali layangan di Pulau Bali.
Kepala Otoritas Bandara Wilayah IV, Agustinus Budi Hartono mengatakan kasus pertama terjadi pada tanggal 2 Juli 2024 di wilayah Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.
Saat itu, helikopter menabrak tali layang-layang sehingga tidak bisa melanjutkan penerbangan dan kembali ke tempat asal keberangkatan untuk mendapatkan pemeriksaan. Namun seluruh penumpang dan awak helikopter semuanya selamat.
"Awal Bulan Juli ada satu kejadian tapi tidak sampai jatuh. Tahun ini dua kali (helikopter terlilit layangan). Tempatnya beda itu di Tanjung Benoa (bawa penumpang) tapi bisa diketahui lebih cepat sehingga bisa (diatasi)," kata Hartono, saat konferensi pers di di Kuta Bali, dikutip Minggu (21/7/2024).
Hartono mengatakan, helikopter dan perusahaan yang terlilit tali layangan di Tanjung Benoa itu berbeda dengan helikopter yang mengalami insiden pada Jumat (19/7/2024) kemarin.
Agustinus Budi mengatakan, pada kejadian kedua, pilot helikopter Bell 505 bernama Kapten Dhedy Kurnia Sentosa sempat melihat layangan di ketinggian 1000 feet atau 304,8 meter.
Namun Agustinus mengaku tidak mengetahui apakah helikopter itu terlilit tali layangan di luar area Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Tapi yang jelas pilot sempat melihat layang-layang di ketinggian 1000 feet.
"Terus terang kami belum tahu ya (apakah terlilit di area luar itu). Tapi pilotnya menyampaikan begitu di 1000 feet tersebut dia melihat layang-layang di atas dia," kata dia.
Ia juga mengatakan saat melihat layang-layang tersebut pilot mengaku sempat telat menghindari layang-layang. Dia menduga baling-baling terlilit benang layang-layang.
"Informasinya dari beliau kayaknya beliau sudah terlambat, begitu melihat layang-layang sudah terlambat yah udah, ternyata helikopternya sudah enggak bisa dikendalikan dan jatuh," imbuhnya.
Selain itu, pihaknya juga menyampaikan bahwa memang berdasarkan fakta di lapangan baling-baling helm terlilit tali layang-layang.
"Berdasarkan fakta kejadian memang seperti itu. Saya sudah lihat langsung di lokasi kejadian dan ternyata memang kita lihat tali layang-layang kan di tail rotor," jelasnya.
Sementara, terkait informasi bahwa helikopter tersebut sempat terbang rendah di ketinggian 900 MDPL, menurutnya bahwa yang pasti helikopter tersebut sudah mempunyai flight plan.
"Kalau dibilang terbang rendah, kalau persyaratannya visual sebenarnya masih diperbolehkan dengan ketinggian tersebut. Tapi yang pasti helikopter tersebut terbang sudah mempunyai flight plan yang sudah diberikan izin AirNav Indonesia untuk terbang di ketinggian tersebut. Memang hanya 1000 feet yang di-request ke AirNav Indonesia," ujarnya menjelaskan. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved