Peristiwa pembantaian terhadap tukang las yang berlangsung di depan kediaman Ie Kian Tjouan (46 tahun), bandar Narkoba di Taman Intercon, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (03/05) sekitar pukul 01.00 malam hari berbuntut panjang.
Pada hari Minggu (05/05), sekitar pukul 10.00 WIB, dua metro mini penuh massa {Banteng Muda Indonesia} (BMI) mendemo rumah Ie Kian Tjoan dengan membawa, setidaknya sepuluh spanduk berisi beragam tuntutan, diantaranya: {“Polisi Harus Tangkap Bandar Narkoba Ie Kian Tjoan.” “Frangki Kakialatu Backing Bandar Narkoba”.“Polisi Jangan Lindungi Bandar Narkoba.”}
Ketika massa BMI sedang melakukan orasi, sekitar 1.500 massa yang dari {Forum Anti Narkoba Jakarta Utara} juga datang melakukan hal yang sama. Tak lama berselang, sekitar 2.000 massa yang mengatasnamakan solidaritas sesama rekan, juga {merangsek} masuk ke dalam komplek perumahan Intercon dan mendatangi rumah Ie Kian Tjoan untuk menuntut keadilan terhadap rekan mereka yang dibantai kaki tangan bandar narkoba ini pada peristiwa Jumat berdarah (03/05/2002).
Menurut Ucok, koordinator BMI kepada wartawan ditempat kejadian, kehadiran mereka di rumah Ie Kian Tjoan, merupakan hasil investigasi organisasi. Dimana Ie Kian Tjoan merupakan salah satu bandar yang masuk dalam jaringan mafia narkoba dibawah pimpinan Hans, yang hingga kini sulit ditangkap aparat keamanan. “Ie Kian Tjoan itu sama posisinya dengan Tommi Palembang,” ujar Ucok.
Namun, ditengah ribuan massa yang berdatangan di kediamannya, Ie Kian Tjoan ternyata sudah raib. Menurut keterangan yang diperoleh dari warga sekitarnya, Ie Kian Tjoan sudah meninggalkan rumah sejak malam hari. “ Mereka pergi dijemput oleh tiga buah mobil kijang dengan penumpangnya berbadan tegap dan warna kulitnya hitam,” ungkap seorang warga.
Seperti diketahui, peristiwa pembantaian yang terjadi pada Jumat (3/05), dini hari hingga aksi unjuk rasa secara besar-besaran yang terjadi Minggu (05/05) di kediaman Ie Kian Tjouan berawal dari peristiwa ketika Ie Kian disebut-sebut memerintahkan Frangki Kakialatu (FK), seorang perwira TNI AL untuk mencegah Denny, salah satu kakitangannya agar tidak berhubungan lagi dengan sang {Big Boss}.
Menurut keterangan yang diperoleh dari sumber politikindonesia.com, Denny sudah diperiksa oleh aparat keamanan. Dalam keterangannya, Denny mengungkapkan, hubungannya dengan Ie Kian Tjoan berawal dari kesepakatan untuk melakukan transaksi pil ekstasi sebanyak 1 juta butir dengan harga @ Rp 25.000 per butir.
Ketika itu, masih menurut Denny, Ie Kian Tjoan menawarkan barang narkoba tersebut, sekitar enam bulan yang lalu. Lantas, pembicaran pun kian diintesifkan guna mencapai kesepakatan traksaksi. "Keduanya saling buka kartu," ungkap sumber itu.
Namun, ketika Denny mendesak Ie Kian Tjoan tentang kesepakatan mereka, kira-kira satu minggu sebelum terjadinya peristiwa pembantaian Jum’at (03/05), Denny dan Ie Kian Tjoan ribut dan saling mengancam.
Satu hari setelah terjadinya pertentangan antara keduanya, tiba-tiba Denny mendapat ancaman telpon dari orang yang mengaku bernama Franki Kakialatu. “ Saya diancam dan diperintahkan untuk menyelesaikan persoalan dengan Ie Kian Tjoan, cukup kepada Franki saja. Tidak perlu lagi menghubungi Ie Kian Tjoan,” ungkap sumber itu menirukan pernyataan Denny.
Setelah Franki menelpon Denny, keesokan harinya Denny mendapat telpon dari rekannya, Max dan Robert yang menanyakan ada persoalan apa antara Denny dan Ie Kian Tjoan. Sebab, menurut Max, Denny dicari-cari oleh Basri dan Franki di Hotel Borobudur karena ada urusan dengan Ie Kian Tjoan.
Mendengar keterangan rekannya, Denny jadi marah. “ Eh Gua enggak ada urusan dengan Franki dan Basri. Kenalpun tidak. Kalau dengan Ie Kian Tjoan, gua memang ada urusan,” ujar sumber ini menirukan keterangan Denny.
Karena kesal dan diancam oleh orang suruhan Ie Kian Tjoan, Denny pun membalas ancaman tersebut dengan memerintahkan tukang las untuk mengelas pagar rumah Ie Kian Tjoan pada Kamis (02/05). Nah, buntut dari peristiwa pengelasan rumah Ie Kian Tjoan inilah kemudian yang membuahkan peristiwa pembataian pada Jum’at (03/05) dan Minggu (05/05).
Menurut keterangan Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Iwan Nuriswan Ismet, dalam kejadian tersebut menyebabkan satu orang tewas, 12 luka-luka dan 37 orang sedang diamankan guna dimintai keterangan lebih lanjut.
Yang menarik dari dua peristiwa ini, opini media massa yang terbentuk menjadi terbelah-belah. Ada media yang menuliskan bahwa kejadian tersebut {merupakan perseteruan antara bandar dan pengedar narkoba kakap}. Ada juga media yang menurunkan laporan bahwa ini merupakan {kejadian bentrok antar sesama geng perjudian}. Sementara ada juga media yang menurunkan laporan peristiwa tersebut {merupakan buntut persaingan merebut pacar alias kekasih}.
Lantas, mana yang benar? Hingga analisis ini diturunkan, belum satupun keterangan resmi yang mengungkapkan hal tersebut. Sementara Ie Kian Tjoan entah berada dimana. Betapa lihainya sindikat narkoba mempengaruhi opini di media massa?
© Copyright 2024, All Rights Reserved