Rencana pembunuhan terhadap Presiden benar adanya. Dengar saja omongan Supono alias Kedu, terdakwa kasus pemboman Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Kedu mengaku pernah mengawal mobil Hijet merah dari Surakarta menuju Jakarta.

"Saya diminta Air Setiawan mengawal mobil Hijet merah ke Jakarta," kata Supono dalam keterangannya pada persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (18/05).

Menurut terdakwa lainnya, Amir Abdillah, mobil itu akan digunakan untuk menyerang rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Syaifudin Zuhri alias Ustad SJ, disebut-sebut telah merencanakan penyerangan terhadap Presiden SBY itu.

Supono juga mengaku pernah berlatih merakit bom bersama Tono yang tertangkap di Nanggroe Aceh Darussalam, beberapa waktu lalu. Mereka dilatih oleh Dayat alias Aji alias Ario Sudarso yang tewas dalam penyergapan di Solo. "Kami berlatih menggunakan rangkaian elektronik, wadah plastik, dan solder. Kami menggunakan perangkat tersebut saat berlatih."

Sembunyikan Teroris

Jaksa penuntut umum mendakwa Supono alias Kedu telah menyembunyikan para pelaku teroris. Ini melanggar, sebagaimana diatur dalam Pasal 13 huruf b Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme. Soalnya, Kedu mengetahui keberadaan pelaku terorisme itu, tetapi tidak melaporkannya ke polisi.

Para pelaku teror yang tak dilaporkan ke polisi itu, di antaranya Noordin M Top, Air Setiawan (tewas dalam penggerebekan di Jati Asih), Bagus Budi Pranoto alias Urwah, dan lain-lain.

Yang memberatkan juga, Supono dinilai telah menyembunyikan informasi tentang tindak pidana teroris, sebagaimana diatur dalam Pasal 13 huruf c UU Tindak Pidana Terorisme. Soalnya, ia tak melaporkan para pelaku teror itu meski mengetahuinya.

Di luar itu, Supono atau Kedu itu, dianggap mengetahui rencana peledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan, Juli 2009. Kedu juga mengetahui polisi telah menetapkan beberapa orang sebagai DPO dalam aksi pemboman kedua hotel itu, tetapi tidak melaporkannya ke pihak berwajib.