Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, keberhasilan pembebasan 10 warga negara Indonesia dari penyanderaan kelompok Abu Sayyaf, adalah hasil dari operasi total baik formal maupun informal yang melibatkan intelijen TNI.
"Ini adalah operasi total, baik formal maupun informal, di dalamnya ada TNI. Maka, TNI melakukan operasi-operasi juga koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, yaitu operasi intelijen," ujar Gatot kepada pers di Istana Bogor, Minggu (01/05).
Gatot berharap metode yang sama dapat membebaskan 4 warga negara Indonesia yang masih disandera kelompok bersenjata. "Saya mohon doa agar yang empat (WNI) bisa kita bebaskan dengan selamat. Kembali lagi, melakukan diplomasi total," ujar Gatot.
Sementara Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menambahkan, keberhasilan membebaskan 10 WNI itu merupakan hasil dari diplomasi total, baik antarpemerintah, maupun diplomasi jaringan informal yang tidak bisa diungkapkan ke publik.
"Dari awal kami sampaikan semua komunikasi dan semua jaringan kami buka. Semua opsi juga kami buka, dengan satu tujuan, yaitu mengutamakan keselamatan 10 WNI dan syukur alhamdulilah, upaya ini berhasil," ujar Retno.
Sebelumnya, media Filipina memberitakan,10 WNI yang merupakan awak kapal tunda Brahma 2 diantarkan orang tak dikenal ke gubernur Sulu pada Minggu dini hari.
Mengetahui ada orang Indonesia di luar, Gubernur Sulu Toto Tan memasukkan 10 orang itu ke dalam rumah. Gubernur menjamu para sandera dengan makan nasi dengan lauk ikan goreng dan ayam goreng. Setelah itu mereka dibawa ke Provinsi Zamboanga, untuk kemudian diterbangkan ke Jakarta.
© Copyright 2024, All Rights Reserved