Upaya pembebasan 10 Warga Negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina dipastikan tanpa menggunakan uang tebusan. Pembebasan sandera dengan negosiasi yang memanfaatkan bantuan warga lokal di Filipina.
Hal itu ditegaskan Mayjen TNI Purn Kivlan Zen yang bertindak selaku negosiator dalam upaya pembebasan para sandera itu kepada salah satu televisi swasta, Minggu (1/5/2016) malam. "Perusahaan tidak mengeluarkan (tebusan) sepersen pun. Tak ada uang. Ini murni negosiasi," terang Kivlan.
Kivlan mengatakan, sejak 27 Maret 2016, pihaknya telah berupaya melakukan pendekatan kepada kelompok-kelompok penyandera. Kivlan mengaku, dalam upaya itu, pihaknya mendapat bantuan dari pihak lokal di Filipina. "Kita dapat bantuan dari Gubernur Sulu Toto Tan (Abdusakur Tan II). Gubernur ini orang berpengaruh di Sulu," ujar Kivlan.
Toto Tan merupakan salah seorang yang membantu jalannya negosiasi. Ia adalah keponakan pimpinan Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari. Kivlan mengaku berteman dengan Nur Misuari saat dirinya ditugaskan sebagai pasukan Perdamaian Filipina Selatan tahun 1995-1996. "Jadi Nur Misuari terlibat (pembebasan). Dia adalah teman saya," kata mantan Kepala Staf Kostrad itu.
Menurut Kivlan, sebagai mantan komandan gerilyawan Mindanao Selatan, Nur Misuari masih punya pengaruh besar di kawasan itu, termasuk para gerilyawan di Sulu. Kivlan punya hubungan baik dengan Nur Misuari dan pemerintah Filipina karena keberhasilannya membujuk pemimpin MNLF itu untuk berhenti mengangkat senjata melawan pemerintah Manila.
Lewat Nur Misuari, Kivlan berhasil melakukan kontak dengan kelompok Abu Sayyaf dan menjalin komunikasi intens. "Jaringan masih bisa berjalan, dan bisa masuk ke Abu Sayyaf. Tanggal 27 Maret sudah di Zamboanga. Dilakukan negosiasi sejak tanggal 2 April. Kita negosiasi melalui pendekatan kekeluargaan," ujar dia.
Kivlan menegaskan, keberhasilan ini merupakan hasil kerjasama pemerintah Indonesia dan Filipina. "Jadi ini hubungannya G toG. Jadi Badan Intelijen Strategis TNI bekerja, Pemerintah Filipina, Gubernur Sulu hingga kepala desa juga bekerja. Tapi ini bukan ujug-ujug berhasil. Kami bekerja ini resmi dengan pemerintah Filipina,” ujarnya.
Kivlan mengaku, saat ini tengah dalam proses pembebasan 4 WNI awak kapal TB Henry yang juga disandera di Filipina. "Jadi kita telah mengetahui letak posisi mereka di mana. Saya sudah kontak dengan yang pegang 4 orang itu. Semoga bisa kita bebaskan," kata Kivlan.
Namun, dia meminta agar tidak ada upaya-upaya yang justru akan mengacaukan perundingan yang saat ini sedang berjalan. Apalagi pihak-pihak yang hanya ingin mencari nama. "Kita berharap, tidak perlu ribut, tidak perlu cari nama. Nanti malah ada masalah dengan penyandera," tegas Kivlan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved