Oposisi Kamboja memprotes hasil pemilu yang mereka tuding sebagai penuh kecurangan. Mereka turun ke jalan di hari pertama demonstrasi, Minggu (15/09).
Oposisi berjanji menggelar demo selama 3 hari sebagai tekanan bagi diadakannya perhitungan ulang suara pemilu atau diadakannya pemungutan suara ulang.
Demo di Phnom Penh itu berakhir ricuh, dengan sejumlah korban cidera dan seorang dipastikan meninggal dunia. Ketegangan terus terjadi di Kamboja menyusul pemilu bulan Juli lalu. Partai berkuasa, Partai Rakyat Kamboja (CPP) dan partai oposisi, Partai Penyelamatan Nasional (CNRP) sama-sama mengklaim diri sebagai pemenang.
Bentrokan terjadi Minggu sore di sepanjang sisi sungai di ibukota Kamboja itu. Polisi menembakkan gas air mata sementara demonstran melemparkan batu dan palang-palang besi.
Ketegangan mereda setelah Pemimpin Oposisi Sam Rainsy tiba di lokasi dan meminta massa untuk tidak melawan polisi serta mengajak mereka kembali ke Freedom Park, yang merupakan tempat berkumpul pendukung oposisi.
"Saudaraku sekalian, ini misi penting untuk menyelamatkan negara kita," kata Sam Rainsy.
Oposisi mendesakkan dua pilihan bagi pemerintah yakni penghitungan ulang suara pemilu atau diadakannya pemilu ulang. “Tidak akan ada negosiasi tentang pembagian kekuasaan sebelum adanya klarifikasi atas kecurangan pemilu,” kata Sam Rainsy.
© Copyright 2024, All Rights Reserved