SELURUH organisasi membutuhkan inovasi. Ini tak terbantahkan, sebab organisasi perlu beradaptasi pada situasi dan kondisi yang berubah agar tetap survive. Termasuk korporasi, organisasi berorientasi menghasilkan laba dan keuntungan.
Tanpa inovasi, korporasi akan sulit berkompetisi. Sulit bertarung di jagat bisnis, apalagi bisnis tanpa regulasi yang jelas, minus aturan yang gamblang. Maka, wajar jika ada yang lantas mengatakan "Inovasi atau Mati". Inovasi atau berhenti sama sekali.
Sedangkan untuk berinovasi, tentu tidak mudah. Seorang inovator harus benar-benar mengetahui medan yang digelutinya. Ia harus memetakan secara seksama bidang yang digarapnya. Ia harus terlebih dulu tahu proses, lika-liku dan gambaran bidang yang dirambahnya.
Tak bisa sembarangan dan jangan menggunakan sembarang cara. Ia harus punya pikiran terbuka untuk melihat berbagai kemungkinan. Selama bertahun-tahun, hal tersebut yang diajarkan di sekolah-sekolah bisnis. Dan mengajarkan cara berinovasi jelas tidak mudah, apalagi kepada mereka yang sudah terjebak ke dalam zona nyaman enggan berubah.
Sebagai pengajar cum konsultan inovasi untuk korporasi, William Duggan yang penulis buku, sangat tahu situasi itu. Melalui pengalaman panjangnya selama bertahun-tahun berinteraksi dengan dunia bisnis, Duggan kemudian merumuskan petunjuk untuk bisa menerobos labirin bisnis melalui cara-cara inovatif.
Dalam buku ini, ia menjabarkan 10 pelajaran penting berinovasi. Sepuluh pelajaran ini ada di bagian pertama. Diawali dengan uraian teoritis apa itu inovasi, lalu bagaimana mempraktikkannya. Inovasi bukan sesuatu yang di awang-awang, melainkan itu langkah brilian yang sesungguhnya sudah inheren dalam diri manusia sebagai makhluk unggul di muka bumi.
Menariknya, dalam pendahuluan, Duggan mengisahkan mitos Minotaurus dan Labirin. Kisah sohor dari Yunani kuno. Berkat tali dan pedang pemberian Ariadne kekasihnya, Theseus berhasil membunuh Minotaurus dan balik keluar dari gua di mana Minotaurus berada.
Ini memang mitos. Tapi, ada lesson learned dari mitos ini. Bahwa seseorang bisa saja tersesat ketika hendak menjalankan inovasi dalam sebuah organisasi meski ia telah mempraktikkan prosedur berinovasi.
Fakta menunjukkan kadang prosedur itu sendiri bisa menghalangi seseorang untuk cepat berinovasi. Itulah sebabnya, kenapa Duggan kemudian menulis buku ini berkerangka "pembelajaran". Bukan semacam tahap atau prosedur.
Melalui gaya penulisan itu, Duggan menunjukkan bagaimana beberapa organisasi berhasil membentuk inovator korporasi. Sosok yang tak terjebak ke dalam status quo, tapi juga tak larut dalam perubahan tanpa tujuan.
Masuk ke bab berikutnya, Duggan menceritakan bagaimana pemikiran inovatif itu tumbuh dalam perusahaan. Walau gagasan segar biasanya muncul dari seorang inovator, namun komunikasi inovator dengan orang lain dalam perusahaan itu juga penting untuk dicermati. Tanpa komunikasi yang baik, bisa-bisa inovasi hanya sekadar ide minus pelaksanaan.
Sebab, pelaksanaan inovasi tentu membutuhkan kerjasama dalam korporasi.
Kemudian, Duggan juga mengurai berbagai hal lain yang harus dilihat oleh inovator korporasi, seperti permainan pikiran (Mind Games), memilih anggota tim, dan kondisi internal korporasi.
Ala kulli hal, pada bagian akhir Duggan memberi contoh para inovator korporasi yang telah sukses. Di antaranya Brown Johnson, direktur kreatif perusahaan pencipta figur "Dora the Explorer". Dari wawancara dengannya, bisa diketahui bagaimana proses inovasi penciptaan sosok "Dora" yang telah sohor sejagat. Sehingga bisa dikatakan, buku ini memang petunjuk agar tak tersesat dalam berinovasi.
*Penulis adalah Akademisi dan Periset
© Copyright 2024, All Rights Reserved