Kader muda Partai Golkar mempertanyakan keputusan DPP Partai Golkar mendukug Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Kader muda mengaku khawatir kebijakan itu berpengaruh buruk ke Golkar.
“Alasan pertama, adalah berbagai kebijakan kontroversial yang dilakukan Ahok. Kedua, sejak awal pencalonannya, Ahok dan pendukungnya berkali-kali menunjukkan sikap anti partai politik. Bahkan, pernyataan dan sikapnya cenderung merendahkan dan mengerdilkan keberadaan parpol," kata politikus muda Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia lewat, Rabu (28/09).
Doli mengingatkan Ahok pernah sampai mengatakan bahwa dia akan lebih memilih tidak maju sebagai gubernur. Apabila harus meninggalkan Teman Ahok dan diusung parpol.
"Namun yang ketiga, kemudian tiba-tiba berubah 180 derajat, seakan sekarang yang paling merasa dianggap dan diperebutkan sebagai kader parpol, setidaknya Partai Golkar dan PDIP," kata Doli.
Doli mempertanyakan apa indikator Partai Golkar akan mendapat manfaat dari dukungannya terhadap Ahok. Doli mempertanyakan, apakah dari dukungan itu Ahok kemudian akan membesarkan Partai Golkar.
"Apa Ahok juga tidak menjanjikan hal yang sama dengan PDIP dalam kontrak politiknya? Atau, dengan Nasdem dan Hanura juga sebelumnya. Yang mungkin terjadi kemudian nanti adalah, bila dilihat kebiasaan Ahok yang suka omong kosong dan umbar janji adalah kalau tidak PDIP yang dibohongin, ya Golkarlah yang kena sialnya," kata Doli mengingatkan.
Doli mengatakan, hal yang lebih menyakitkan lagi, Nusron Wahid, yang selama ini berkorban mengambil risiko jabatannya demi mendukung Ahok dan mewakili simbol Partai Golkar, justru tidak pernah diakui Ahok sebagai ketua tim. Nusron malah hendak digusur oleh PDIP.
"Kalaupun ada yang menggugat saudara Nusron karena pejabat publik, seharusnya yang menggantikannya tetap adalah kader atau pengurus Golkar, bukan kader partai lain," kata Doli.
© Copyright 2024, All Rights Reserved