Brasil dilanda demontrasi besar-besaran. Sekitar 1 juta orang turun ke jalan di kota-kota Brasil pada Minggu (15/03) waktu setempat. Mereka memprotes terpuruknya perekonomian, kenaikan harga dan korupsi. Pengunjuk rasa menuntut Presiden Dilma Rousseff dicepat.
Seperti dilaporkan Reuters, Senin (16/03), demo besar-besaran itu memperlihatkan polarisasi di Brasil, dengan meningkatnya ketidakpuasan publik atas kepemimpinan Dilma, yang meraih kemenangan dengan 2 putaran pilpres. Dilma baru memimpin 5 bulan untuk periode kedua ini.
Pada konferensi pers, Minggu malam (15/03), 2 anggota kabinet Dilma mengaku hak para pemrotes tapi menepis perlunya aksi protes. Mereka menilai demonstrasi sebagai ekspresi pihak oposisi yang kalah.
Seorang asisten Dilma, Miguel Rossetto, juga mendiskreditkan seruan pemecatan Presiden. Rossetto mengkritik apa yang disebutnya upaya oposisi untuk melakukan kudeta.
Sedangkan rival kuat Dilma dalam pilpres Oktober 2014, Aecio Neves, mengatakan, demonstrasi ini menandai 1 hari dimana rakyat Brasil turun ke jalan untuk bersatu kembali dengan nilai-nilai dan mimpi mereka.
Aksi protes berjalan damai, dibandingkan demonstrasi massal pada 2013, ketika rakyat Brasil memprotes miliaran dolar yang dihabiskan untuk persiapan Piala Dunia 2014, di tengah terpuruknya perekonomian.
Jumlah pemrotes diperkirakan sama, bahkan lebih luas dalam hal wilayah. Di Sao Paulo saja, polisi mengatakan ada 1 juta orang turun ke jalan di sekitar Avenida Paulista. "Rakyat merasa dikhianati," kata Diogo Ortiz, pekerja berusia 32 tahun, yang menyebut skandal Petrobas sebagai aib nasional dan internasional.
© Copyright 2024, All Rights Reserved