Pemerintah Crimea, pada Kamis (06/03) waktu setempat, mengumumkan sikapnya yang ingin bergabung dengan Federasi Rusia. Parlemen Crimea telah melakukan mosi untuk bergabung dengan Rusia dan merencanakan akan menggelar referendum untuk menanyakan pendapat warga Crimea pada 16 Maret mendatang.
“Parlemen Crimea telah melakukan mosi untuk bergabung dengan Rusia. Parlemen juga telah meminta Presiden dan parlemen Rusia untuk mempertimbangkan permintaan ini," ujar anggota parlemen senior Grigoriy Ioffe.
Sesi dengar pendapat tertutup di parlemen juga menghasilkan rencana referendum akan digelar 16 Maret di mana warga akan ditanya apakah mereka ingin wilayah mereka "menjadi bagian dari Rusia sebagai sebuah federasi", kata Ioffe.
Crimea adalah wilayah otonom di Ukraina. Saat ini wilayah itu dikuasai angkatan bersenjata Rusia, menyusul digulingkannya Presiden Ukraina yang pro Rusia, Viktor Yanukovych.
Ioffe mengatakan pertanyaan kedua dalam referendum adalah apakah Crimea perlu mempertahankan status otonomi yang didasarkan pada konstitusi 1992. Mosi ini didukung 78 dari total 86 anggota parlemen.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (06/03), disebutkan telah menggelar rapat dengan Dewan Keamanan untuk membahas permintaan otoritas Crimea tersebut.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Putin menggelar pertemuan tak terjadwal dengan Dewan Keamanan untuk membahas situasi ini di Ukraina, termasuk keputusan yang dikeluarkan parlemen Crimea pada Kamis untuk meminta bergabung dengan Rusia.
Menilik sejarah, Crimea merupakan lokasi pangkalan Armada Laut Hitam Rusia dan telah menjadi bagian Rusia sejak abad ke-18. Wilayah itu menjadi bagian Ukraina, setelah pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev memberikannya kepada Ukraina sebagai "hadiah" pada 1954. Pada era itu, hadiah Khrushchev ini tidak bermakna penting karena baik Ukraina dan Rusia adalah republik yang tergabung dalam Uni Soviet.
© Copyright 2024, All Rights Reserved