Anak yang sehat dan cerdas, dambaan setiap orangtua. Sayangnya, hingga saat ini, masalah kurang gizi masih menjadi masalah besar di Indonesia. Data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebutkan, Indonesia masih berada pada peringkat ke-5 di dunia dalam hal gizi buruk. Pada tahun 2012 saja, ada sebanyak 900 ribu (4,5 persen) bayi dibawah usia 2 tahun (baduta) di Tanah Air yang mengalami gizi buruk.
Guna mengentaskan masalah gizi buruk, pemerintah membuat program TFC (Therapeutic Feeding Centre) atau PPG (Pusat Pemulihan Gizi). TFC ini merupakan pusat pemulihan gizi buruk dengan perawatan serta pemberian makanan anak secara intensif sesuai usia dan kondisinya yang melibatkan peran serta orangtua. Seiring berjalannya waktu, demi meningkatkan status gizi anak, program ini telah diterapkan di sejumlah Puskesmas di Tanah Air. Salah satunya di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
dr. Dewi Mustika, kepala puskesmas tersebut mengatakan, program perbaikan gizi ini sudah berlangsung sejak tahun 2010. Sementara itu, pada tahun 2013. di Puskesmas Jagakarsa ada sekitar 30 anak yang dirawat akibat gizi buruk. Petugas Puskesmas berusaha memberikan terbaik pada anak yang menderita gizi buruk, sehingga sepulang dari Puskesmas, berat badan sang anak naik dan kondisinya kembali normal.
“Pasca dirawat pun, petugas Puskesmas tetap memantau selama 6 bulan dengan mengunjungi ke rumah pasien atau orang tua secara berkala membawa anak ke Puskesmas. Namun bila anak atau ibu tak datang, maka petugas Puskesmas yang turun dan memantau," ucapnya.
Dijelaskan Dewi, seribu hari atau 2 tahun pertama kehidupan anak, sangat penting bagi orangtua untuk memberikan pemenuhan asupan nutrisi yang tepat. Masa itu sangat menentukan kecerdasan dan tumbuh kembang anak menjadi optimal. Untuk mengetahui kondisi gizi anak, setiap bulannya di Puskesmas ini ada kegiatan Posyandu. Para kader Posyandu biasanya menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui apakah status gizi anak baik atau buruk.
“Jadi anak-anak yang datang ke Posyandu bawa KMS, lalu kita lihat perkembangannya. Apakah ada masalah atau tidak? Artinya berat badannya sesuai atau tidak dengan tingginya dengan usianya dengan jenis kelaminnya. Kalau bermasalah harus dilaporkan ke petugas atau kader yang juga turun mencatat anak ini bermasalah," katanya kepada politikindonesia.com di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, Jakarta, Rabu (10/07).
Kepada Elva Setyaningrum, Dewi menjelaskan peran petugas Posyandu jika menemukan anak di wilayah itu yang mengalami kurang gizi. Program apa saja yang dilakukan untuk memperbaiki gizi anak. Apa faktor penyebab gizi buruk, ciri-ciri dan apa dampaknya?
Apa yang dilakukan petugas, jika menemukan anak yang mengalami kurang gizi?
Petugas posyandu akan segera melakukan pendekatan pada orangtua untuk memperbaiki gizi sang anak dengan intervensi edukasi (menambah pengetahuan orangtua) agar di bulan berikutnya diharapkan berat badan sang anak naik secara normal.
Namun, jika berat badan sang anak masih belum naik disertai adanya penyakit, kader Posyandu bersama orangtua dan warga membangun pos gizi di satu rumah penduduk yang disulap menjadi taman bermain.
Di dalamnya ada kegiatan pemberian makanan selama 90 hari ditambah dengan edukasi kepada ibu-ibu yang dipantau selama 1 bulan hingga 3 bulan tergantung dari kebutuhan sang anak. Ini dilakukan semata-semata supaya berat badan sang anak bisa naik dalam kurun waktu 10 sampai 30 hari.
Tindakan apalagi yang dilakukan, apabila hal itu tidak bisa meningkatkan berat badan anak?
Penanganan terakhir bila berat badan sang anak sudah sangat bermasalah adalah perlu dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan perawatan dengan Therapeutic Feeding. Untuk anak-anak yang sudah mulai di bawah garis merah, itu yang kita intervensi lebih. Kalau memang dia membutuhkan perawatan, kita bawa ke Puskesmas untuk dirawat dengan Therapeutic Feeding.
Dalam perawatan itu, makanan apa yang diberikan pada anak yang mengalami gizi buruk?
Petugas Puskesmas tidak sembarangan memberikan makanan tambahan pada anak yang mengalami gizi buruk. Ada tahapan dan formula gizi yang dibuat dari awal masuk hingga hari-hari berikutnya. Setelah adanya perbaikan penyerapan, petugas bisa menaikkan makanan yang semula cair menjadi lebih padat lagi sesuai dengan umur si anak.
Jadi, pertama datang diberi susu cair. Kita melihat proses penyerapannya jadi tak langsung memberikan makanan berat. Kalau anaknya di bawah setahun, gizinya bermasalah, pasti pemberian makanannya beda dengan anak yang umur 2 tahun. Karena kalau anak di atas dua tahun normalnya sudah makanan biasa sama seperti kita orang dewasa. Karena dia ada gangguan proses penyerapan jadi kita berikan makanan biasa tapi dalam bentuk yang lebih lunak.
Jadi, orangtua tidak perlu risau bila sang anak mengalami gizi buruk, bawa saja ke Puskesmas karena semua dilayani secara gratis.
Program apa saja yang dilakukan untuk memperbaiki gizi anak di Puskesmas tersebut?
Program gizi merupakan salah satu unggulan dalam kegiatan masyarakat di tingkat Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta. Program perbaikan gizi pada anak di Puskesmas Jagakarsa, di antaranya konseling gizi pada pasien rujukan dari balita dengan masalah gizi. Selain itu, pelayanan perawatan balita gizi buruk di Therapeutic Feeding Center (TFC). Kami juga melayani pembinaan gizi balita di posyandu, pelacakan balita gizi buruk, pemberian makanan tambah pemulihan pada anak yang mengalami gizi buruk dan kunjungan rumah pasien pasca rawat TFC.
Menurut Anda, apa faktor penyebab kekurangan gizi pada anak?
Diantaranya adalah faktor ekonomi, karena ketidaktahuan ibu dan ketidakpedulian ibu yang sibuk bekerja. Sehingga tak memperhatikan asupan gizi sang anak. Maka dari bulan ke bulan berat badan sang anak tetap bahkan cenderung turun Kadang-kadang, anak lahir dengan berat badan yang sebenarnya normal. Tapi dalam pertumbuhannya, berat badannya semakin turun.
Berbeda dengan anak yang dari awal lahir secara prematur dengan berat badan hanya 800 gram (gr) atau 1000 gram, hal itu masih dikatakan wajar. Karena perjalanan kematangan organnya tidak seperti anak-anak yang lahirnya normal. Jadi keterbatasan untuk penyerapan, sehingga berat badannya tidak bisa seperti berat badan lahir normal.
Apa ciri-ciri anak kekurangan gizi?
Orangtua harus mengetahui kebutuhan gizi yang diperlukan anak agar anak mereka terhindar dari kekurangan gizi. Selain harus mengerti mengenai gizi yang baik, orangtua harus mengerti tentang bagaimana gejala anak kurang gizi. Dengan begitu, orangtua mampu memperbaiki asupan gizi anak.
Kurang gizi pada bayi awalnya ditandai dengan fisik yang terlihat kurus. Berat badannya di bawah rata-rata pada usia yang seharusnya. Bahkan mengalami kesulitan kenaikan berat badan selama 3 bulan berturut-turut.
Sebenarnya tidak hanya berat badan saja yang menjadi indikator utama kekurangan gizi pada anak. Ukuran tinggi badan, lingkar lengan dan lingkar kepala bisa menjadi indikator pelengkap. Anak yang mengalami kekurangan gizi juga mudah terkena penyakit. Oleh sebab itu, jika anak sering sekali sakit seperti diare, demam, anemia dan penyakit lainnya maka kemungkinan ia kurang gizi.
Anak yang mengalami kekurangan gizi umumnya memiliki mata yang cekung, rambut tipis dan berwarna kemerahan. Secara psikologis, anak yang kurang gizi cenderung menjadi pendiam dan tidak aktif. Karena kekurangan energi protein atau kalori serta mudah sekali rewel.
Adakah dampak kesehatan bagi anak yang menderita gizi buruk?
Penyebabnya banyak sekali. Selain berdampak pada kesehatan, kurang gizi juga berdampak terhadap produktivitas anak dan gangguan pertumbuhan, perkembangan, di antaranya tinggi badan lebih rendah dibanding balita normal. Sehingga anak mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik, otak dan juga psikologisnya. Karena gizi merupakan salah satu unsur penting yang harus dicukupi bagi tubuh. Gizi ini memiliki peranan penting bagi pertumbuhan anak dan perkembangan otak mereka.
© Copyright 2024, All Rights Reserved