Pemilu Presiden adalah memilih figur. Lebih personal dibanding pemilu legislatif. Tak heran, meski berada dalam satu perahu partai politik, bisa saja kader berbeda pilihan soal siapa yang layak mereka dukung. Itu yang terlihat diruang publik saat ini.
Seperti sikap yang ditunjukkan politisi perempuan dari Partai Amanat Nasional (PAN) Wanda Hamidah. Meski partainya mendukung Prabowo Subianto sebagai calon Presiden, dan Ketua Umumnya menjadi pasangan calon wakil Presiden, Wanda tidak mendukungnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta itu punya pilihan lain. Yakni, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan koalisinya.
Wanda terang-terangan mengambil sikap berseberangan. Dan dirinya yakin, PAN akan memahami sikapnya itu. Wanda bahkan tidak takut jika ada sanksi yang dijatuhkan PAN. “Mungkin saya dianggap melakukan kesalahan di mata partai, tapi saya juga menganggap partai melakukan kekeliruan dalam koalisi," ujar ibu beranak 5 ini kepada politikindonesia.com, di Jakarta, Rabu (28/05).
Artis yang juga aktifis perempuan ini mengatakan, jika pilihannya untuk mendukung Jokowi-JK mendapat reaksi keras dari partai seperti ancaman pemecatan, ia tidak khawatir. “Kalau mau dipecat, saya ini bukan pengurus partai, jadi apanya mau dipecat. Lagipula, ini dinamika,” ujar dia.
Kepada Elva Setyaningrum, perempuan kelahiran Jakarta, 21 September 1977 ini membeberkan alasannya mendukung Jokowi. Lulusan Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini mengemukakan harapannya terhadap Presiden terpilih nanti. Berikut petikannya.
PAN berkoalisi dengan Gerindra dan mengusung Prabowo-Hatta, bagaimana sikap anda?
Jujur, saya merasa sangat kecewa, sedih dan terluka dengan keputusan PAN. Bahkan, ketika ketua umum saya melakukan koalisi, ini menjadi luka yang harus saya telan dalam-dalam. Saya tetap tidak bisa menerima. Di mana pun para aktivis 98 berada, idealisme itu tetap akan mereka bawa. Karena sejak awal saya terjun ke politik, salah satunya untuk mendesak penuntasan kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu.
Alasan Anda mendukung Jokowi?
Saya rasa partai mengerti mengapa saya tidak sepaham dengan arah koalisi karena partai politik saya mendukung Prabowo. Saya mendukung Jokowi-JK, bukan tanpa alasan. Sewaktu orde baru lalu, saya benar-benar merasakan tindakan represif aparat saat mahasiswa dan demonstran menggulingkan rezim orde baru. Saya berada di TKP saat itu. Saya termasuk 1 dari ratusan ribu mahasiswa yang turun ke jalan. Dalam kejadian itu pula, beberapa mahasiswa tewas tertembak.
Nah, sosok Prabowo yang didukung PAN merupakan tokoh yang diduga terlibat dalam peristiwa tersebut yang merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Anda melihat Jokowi pantas menjadi Presiden?
Meskipun baru menjabat sebagai gubernur DKI selama kurang lebih 1,5 tahun, Jokowi telah melakukan banyak kebijakan signifikan bersama wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama. Saya menilai mereka berdua cukup berhasil membangun "Jakarta Baru" meski 2 permasalahan utama Jakarta, seperti macet dan banjir belum terselesaikan. Tapi, banyak kebijakan yang telah terealisasi.
Misalnya, transparansi birokrasi, jaminan kesehatan melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS), jaminan pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP), penertiban pedagang kaki lima (PKL) Tanah Abang dan komunikasi dengan para demonstran yang melakukan aksi ke Balaikota Jakarta.
Bahkan, saat ini kinerja kepala dinas selalu merasa terawasi. Kalau pada era sebelumnya, PNS DKI seperti terlalu dimanja dan dilindungi. Lain dengan era Jokowi, jam 8 pagi sudah blusukan dan sidak. Blusukannya pun tidak basa-basi.
Apa yang Anda lakukan untuk memenangkan Jokowi?
Saya bersama sejumlah artis membuat wadah bernama Gerak Cepat untuk menyuarakan dukungan terhadap Jokowi-JK. Gerak Cepat itu merupakan gabungan individu muda.
Selain itu, gerakan ini juga diharapkan bisa menyatukan relawan-relawan muda pendukung Jokowi-JK yang tersebar di berbagai daerah dan selama ini berjalan sendiri-sendiri. Intinya, gerakan ini merupakan tempat berkumpulnya anak-anak muda dengan inisiatif baik yang bersedia mendukung berbagai perbaikan bagi Indonesia.
Kami yang tergabung dalam gerakan ini merasa yakin atas pilihan kami dan bukan sekadar ikut-ikutan. Kami berharap perubahan menuju Indonesia Jaya dapat terwujud ditangan Jokowi-JK. Kami juga optimis pemerintahan akan bisa berjalan maksimal di tangan keduanya.
Apa harapan Anda, jika Jokowi-JK memenangkan Pilpres?
Saya optimis pemerintahan akan bisa berjalan dengan maksimal di tangan Jokowi-JK yang sederhana, merakyat dan ramah dengan rakyat serta terkenal paling netral. Selain itu, Jokowi-JK juga harus mampu menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu. Saya akan meminta Jokowi-JK untuk berkomitmen menuntaskan kasus-kasus dugaan pelanggaran HAM yang terjadi selama ini.
Meski begitu, siapapun pemimpin yang terpilih nanti, jangan jadikan kasus pelanggaran HAM ini sebagai komoditas politik. Meski, saya dukung Jokowi-JK, nanti saya akan tagih, komitmen presiden terpilih atas kasus Mei 1998 ini seperti apa. Saya menginginkan semua pihak atau aparat penegak hukum yang diduga terlibat dalam kasus tersebut, baik itu dari kalangan TNI maupun Polri, haruslah mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan pengadilan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved