Berdasarkan survei selama 5 tahun terakhir, sebagian besar arah kiblat pada masjid dan mushala di Indonesia arahnya melenceng 1 hingga 6 derajat dari arah yang seharusnya.
“Dari puluhan masjid besar dan mushala yang di survei selama 5 tahun terakhir, hanya ada satu masjid yang titik kordinatnya mengarah ke Kabah di Mekkah. Ini berarti yang lain bisa dikatakan salah,” terang Heri Andreas, dosen Prodi Geodesi dan Geomatika Institut Teknologi Bandung (ITB), di sela-sela diskusi “Geoid, Bumi Datar atau Bumi Bulat?”, di Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/02).
Dijelaskan, survei tersebut dilakukan di Pulau Jawa dan Sumatera. Bahkan saat survei dilakukan di Bandung, seluruh masjid kordinatnya melenceng hingga 6 derajat. Sehingga kiblat sejumlah masjid di kota Bandung rata-rata mengarah ke kota Tanzania di Afrika. Kesalahan arah kiblat itu juga dialami di Masjid Daarut Tauhid yang dipimpin oleh Abdullah Gymnastiar.
“Bahkan, Masjid Istiqlal arah kiblatnya juga melenceng hingga 2,5 derajat. Sehingga jika ditarik garis lurus, titik kiblatnya jatuh beberapa puluh kilometer di selatan Kota Mekkah. Kami memastikan, Masjid At-Tin yang berada di Jalan Taman Mini, Jakarta Timur, adalah salah satu masjid yang koordinat kiblatnya benar,” ujarnya.
Menurutnya, kesalahan itu masih dianggap wajar karena dahulu alat ukur yang digunakan hanya memakai kompas dan bintang karena keterbatasan teknologi saat itu. Disamping itu, peristiwa gempa bumi juga menyebabkan pergeseran yang membuat arah kiblat jadi melenceng.
“Tapi, sekarang teknologinya sudah ada. Hadirnya alat-alat pengukur dan penunjuk arah kiblat modern yang berbasis satelit, seperti GPS dan kompas digital semakin memudahkan umat Islam untuk lebih tepat menentukan arah kiblat tempat shalat. Sehingga titik kiblat masjid di Indonesia semestinya sudah bisa mulai dikoreksi. Namun terkadang realisasinya di masyarakat bisa menimbulkan polemik jika tidak dilakukan dengan hati-hati,” tegasnya.
Heri mengungkapkan, derajat kesalahan arah kiblat memang sekilas, hanya angka 1 hingga 6. Tetapi angka tersebut menghasilkan jarak yang cukup jauh, jika ditarik garis lurus hingga kota Mekkah.
Untuk 1 derajat saja, melencengnya bisa puluhan kilometer, dua derajat ratusan kilometer dan seterusnya.
“Kami pun memaklumi banyaknya masjid yang salah mengambil titik kiblat ini. Di beberapa masjid, ditemukan arah karpet telah diubah untuk menyesuaikan arah kiblat secara tepat. Sehingga beberapa bagian dari masjid tidak terpakai dan meyakini shalatnya tetap sah,” urainya.
Heri mengakui, masalah kesalahan arah kiblat tersebut sudah pernah disampaikan ke Kementerian Agama. Sedangkan, untuk masjid yang salah kiblatnya juga sudah disampaikan kepada Kyai dan Dewan Keluarga Masjid (DKM) dengan mendatangi dan menghitung ulang koordinatnya, tetapi sampai saat ini belum ada kelanjutannya. Karena untuk mengubah dan menentukan kiblat menggunakan teknologi GPS dari satelit ini membutuhkan dana yang tidak sedikit.
“Dulu pernah ada dan sempat ramai beritanya mengenai banyak masjid di Indonesia yang arah kiblatnya ke barat. Lalu, dirubah lagi ke arah barat laut dan masih salah. Karena sebenarnya yang benar itu adalah diantara barat dan barat laut dengan derajat yang sepesifik tadi,” tandas dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved