Harga bawang merah dan cabe rawit menjelang akhir tahun 2015 mengalami kenaikan cukup signifikan. Kenaikan harga bawang dan cabe rawit dikarenakan curah hujan yang tinggi sehingga dua komoditas tersebut basah dan mudah rusak. Itulah yang membuat produksi cabe rawit dan bawang di Indonesia menurun sehingga menyebabkan kenaikan harga.
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Spudnik Sujono mengakui jelang perayaan hari Natal dan tahun baru, beberapa barang kebutuhan pokok mulai merangkak naik, mulai bawang merah hingga daging sapi. Kondisi ini terjadi selain karena cuaca juga karena ulah pedagang mengambil keuntungan lebih.
"Kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok, khusus bawang merah dan cabai rawit bukan semata-mata dipengaruhi oleh gangguan pada sisi suplai alias ketersediaan pasokan. Karena saya sudah menanyakan ke pedagang di pasar induk, mengenai kenaikan ini dan mereka menjawab karena suplai terganggu akibat musim hujan sehingga barang susah diangkut," katanya kepada politikindonesia.com di Kantor Hortikultura Kementan Jakarta, Senin (21/12).
Padahal masalah angkut, lanjutnya, bisa disiasati dengan menutup terpal atau lainnya. Pihaknya beranggapan jawaban pedagang tersebut hanyalah alasan yang dibuat-buat. Itu adalah persoalan teknis. Karena pihaknya sudah keliling melakukan pemantauan dan hasilnya semua produksi aman.
"Namun, ketika pedagang tersudut barulah mereka mau mengakui bahwa alasan tersebut hanya akal-akalan saja. Intinya pedagang dan petani ingin merasakan kenaikan harga, khususnya pada komoditas bawang merah dan cabai rawit. Ini bukti kalau sebenarnya mereka memang mencari momentum untuk naikkan harga," sambung dia.
Menurutnya, mengenai kenaikan harga sebenarnya sudah di luar kewenangannya lantaran harga yang terbentuk di tingkat pedagang merupakan kewenangan Kementerian dan Lembaga lain, seperti Perum Bulog dan Kementerian Perdagangan untuk mengendalikannya. Namun demikian, bukan berarti pihaknya lantas diam saja berpangku tangan.
"Justru dengan kondisi seperti ini, kami mendorong sektor pertanian sebagai ujung tombak produksi pangan untuk menerapkan manajemen suplai. Manajemen yang dimaksud adalah dengan mencocokkan lama waktu tanam satu tanaman pangan, dengan tingkat kebutuhan atas tanaman pangan yang dimaksudkan," paparnya.
Dicontohkan, seperti tanaman bawang merah yang butuh waktu tiga bulan masa tanam hingga panen. Untuk itu, kebutuhan bawang merah pada bulan tertentu harus dipersiapkan 3 bulan sebelumnya. Sedangkan, untuk kebutuhan bulan Maret 2016 sudah harus tanam bulan Desember 2015. Kebutuhan bulan Februari 2016 harus tanam bulan November 2015 dan seterusnya.
"Penanaman bawang merah tidak bisa dilakukan serentak satu kali untuk kebutuhan tiga bulan. Karena kalau ditanam serentak akan terjadi kelebihan pasokan ketika panen. Harganya pasti anjlok sekali. Sementara bulan berikutnya tidak akan ada yang akan menanam lagi. Hal inilah yang kami hindari," paparnya.
Pihaknya berharap, dengan pasokan yang pas, lonjakan harga pun tidak akan terjadi. Sehingga kebutuhan bawang merah setiap bulannya bisa terpenuhi sesuai kebutuhan. Karena beda manajemen suplai, naik turun harga tidak akan drastis seperti sekarang. Penerapan manajemen suplai bukan hal yang mudah dilakukan.
"Jadi butuh kerjasama berbagai pihak terutama aparat di daerah dari mulai Pemerintah Daerah hingga Dinas Pertanian. Kalau pusat sendiri yang jalankan tidak akan bisa. Jadi perlu bantuan sosialisasi terutama oleh mereka yang di daerah. Karena mereka yang bersentuhan langsung dengan para petani," paparnya.
Dijelaskan, adapun langkah-langkah yang sudah dilakukan pihaknya sejak Oktober-Desember 2015. Di antaranya melakukan pemantauan langsung di lapangan untuk mengetahui potensi produksi, luas tanam dan rencana panen. Pihaknya juga melakukan pemantauan harga yang di awali dari Bima, Majalengka, Cirebon, Garut, Tegal , Pemalang hingga Nganjuk.
"Selain itu, kami juga sudah melakukan koordinasi dengan industri, asosiasi fan penangkar benih serta pedagang pasar Induk. Koordinasi dilakikan untuk mengamankan produksi Desember 2015-Maret 2016 dengan merevisi kegiatan pengadaab benih di sentra produksi utama," tuturnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved