Awan panas, masih menjadi sumber ancaman pasca letusan Gunung Merapi. Luncuran awan panas bahkan sejak pagi tadi masih terjadi. Luncuran mengarah ke Kali Gendol dengan jarak luncur sejauh empat kilometer. Selain awan panas luncuran lahar dingin juga bisa menjadi ancaman lain saat turun hujan.
Sukhyar, Kepala Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jumat (29/10) mengatakan, berdasarkan pemantauan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta belum mendapatkan indikator visual terbentuknya kubah lava baru seperti kebiasaan Gunung Merapi selama ini.
Menurutnya, sesuai kebiasaan Gunung Merapi, setelah terjadinya letusan eksplosif selalu diikuti dengan terbentuknya kubah aktif, awan panas yang meluncur dan guguran material dari puncak. “Jika ancaman eksplosif tidak ada lagi, maka tinggal menunggu pertumbuhan kubah lava baru,”katanya.
Namun ia mengakui letusan eksplosif pada Selasa lalu terjadi direct blast yang mengarah langsung ke lereng Merapi.
Sukhyar menambahkan, kekuatan awan panas punya daya rusak yang besar menerjang apa saja di sepanjang lereng. Karena itu tambahnya, wajar saja jika di lereng Selatan Merapi, terlihat kerusakan yang cukup parah. Awan pasn itu juga telah menghancurkan Dusun Kinahrejo hingga menewaskan sejumlah warga.
"Awan panas itu terdiri dari debu, gas, pasir, panas dan kecepatan tinggi," katanya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved