Sebuah satelit Eropa yang mati, satelit ERS-2 ESA, akan jatuh kembali ke Bumi pada akhir Februari 2024 ini. Pergerakan satelit ini akan dipantau dengan cermat oleh pengelolanya.
Space, Kamis (8/2/2024), melaporkan, pesawat ruang angkasa yang akan datang adalah satelit European Remote Sensing 2 (ERS-2) milik Badan Antariksa Eropa (ESA).
Satelit itu diluncurkan ke orbit Bumi pada April 1995 dan menyelesaikan tugas pengamatan Bumi pada September 2011.
ESA mulai mempersiapkan kehancuran ERS-2, bahkan sebelum misi utamanya berakhir. ESA telah melakukan 66 kali pembakaran mesin pada Juli dan Agustus 2011.
Seorang pejabat ESA menyebutkan, manuver-manuver tersebut menghabiskan sisa bahan bakar satelit dan menurunkan ketinggian rata-ratanya dari 785 km menjadi sekitar 573 km.
Hal ini untuk mengurangi risiko tabrakan dengan satelit-satelit lain atau puing-puing ruang angkasa dan untuk memastikan orbit satelit akan meluruh cukup cepat sehingga dapat masuk kembali ke atmosfer bumi dalam 15 tahun ke depan.
ERS-2 adalah pesawat luar angkasa observasi Bumi tercanggih yang pernah dikembangkan dan diluncurkan oleh Eropa. Pada saat lepas landas, beratnya 2.516 kilogram. Kini, tanpa bahan bakar, beratnya menjadi 2.294 kg.
"Itu cukup besar dan kuat, tetapi ERS-2 bukanlah sampah luar angkasa; Benda-benda bermassa serupa rata-rata masuk kembali ke atmosfer bumi setiap satu atau dua pekan," tulis pejabat ESA.
Belum bisa diprediksi di mana dan kapan ERS-2 akan menghantam sebagian besar atmosfer bumi. Namun kemungkinan besar gas tersebut akan masuk kembali ke lautan, karena air menutupi sekitar 70 persen permukaan planet kita.
Satelit tersebut akan pecah ketika mencapai ketinggian sekitar 50 mil (80 km). Sebagian besar pecahan yang dihasilkan kemudian akan terbakar di atmosfer.
“Risiko tahunan seorang manusia terluka akibat puing-puing luar angkasa berada di bawah satu dalam 100 miliar. Itu kira-kira 65.000 kali lebih rendah dibandingkan risiko tersambar petir,” tulis pejabat ESA. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved