BARU-baru ini Pemerintahan Prabowo-Gibran mengangkat banyak menteri dan lembaga setingkat menteri serta akan mendapatkan anggaran setingkat menteri. Banyak yang protes atau meragukan, bagaimana membiayainya? Darimana uangnya?
Kalau nanti semua menteri dan pejabatnya minta uang yang banyak, bagaimana jadinya? Apa gak ribut rumah tangga? Ibarat Istri atau anak minta uang yang banyak tapi bapaknya tidak punya banyak uang.
Masalah utamanya, selama ini uang yang dibagikan oleh negara kepada kementerian dan lembaga juga kepada rakyat itu memang sedikit sekali. Sementara para pejabat mesti bagi-bagi kepada orang banyak.
Belum lagi setelah dibagikan uang tersebut ditarik lagi menjadi pajak. Jadi uang yang ada di kantong orang-orang sedikit sekali. Maka belanja masyarakat sedikit sekali.
Itulah yang menyebabkan ekonomi Indonesia sulit bergerak. Aliran darah atau uangnya terlalu sedikit, sehingga lemas atau lesu darah. Padahal untuk mencapai keadaan 5 sampai 10 kali lipat keadaan harta benda sekarang, maka Indonesia membutuhkan uang banyak dan uang itu masih bertumpuk di dalam tabungan atau di dalam rekening atau di dalam gudang gudang penyimpanan yang besar.
Bagaimana uang bisa numpuk? Itu kisah lama sekali waktunya. Uang milik Indonesia telah menumpuk dari sejak zaman kerajaan dulu, dalam bentuk emas perak dan logam. Lalu berlanjut di zaman VOC dalam bentuk surat berharga, saham dan kepemilikan bank, hingga era pemerintah Hindia Belanda dalam bentuk tabungan, deposito, piutang dll.
Semua ini adalah uangnya Republik Indonesia. Namun semua belum cair.
Sedangkan sekarang ini uang yang beredar di Indonesia dalam bentuk uang kertas dan uang logam hanya sekitar Rp700 triliun. Ini jumlah yang sangat kecil sekali. Karena jika uang sebesar itu dibagikan ke seluruh rakyat Indonesia maka masing masing orang Indonesia hanya bisa belanja 7200 rupiah sehari.
Kalau demikian seluruh rakyat Indonesia adalah miskin absolut karena hanya bisa belanja di bawah dua Dollar PPP. Dengan uang di kantong masing-masing rakyat Indonesia cuma 7000-an perak per hari, itu kere dan mati kutu, Bos!
Bagaimana cara mengeluarkan uang tersebut? Itu yang menjadi pertanyaan yang harus dijawab. Salah satu langkah yang ditempuh adalah mempekerjakan orang yang banyak agar bisa membagikan uang yang banyak.
Alasannya cukup terang! Indonesia wilayahnya sepertiga dunia, panjangnya dari Jakarta hingga Moscow. Kalau yang urus sedikit maka jadinya tidak terurus.
Mempekerjakan orang yang banyak itu bagus. Sebab ada ajaran yang mengatakan makin banyak membantu orang makin banyak rejeki. Ini berlaku makin banyak mempekerjakan orang dalam suatu pekerjaan, maka makin banyak orang yang dapat gaji, maka akan makin banyak rejeki yang mempekerjakan. Apalagi nanti yang dipekerjakan benar-benar bekerja dan benar-benar masing-masing memberi hasil atas pekerjaannya.
Tidak ada yang kebetulan di dunia, semua sudah didesain. Mengapa banyak menteri sekarang? Itu juga bukan suatu kebetulan, karena sekarang itu uang Republik Indonesia siap akan dicairkan.
Akan banyak sekali uangnya Republik Indonesia. Jika PIN, Password dan barcodenya benar maka sudah pasti cair. Selama ini memang rada keliru pencet PIN, jadi ATM-nya ketelen. Tinggal diurus lagi yang baru. Kalau bisa jangan pake kartu lagi. Pake barcode saja lebih canggih.
*Penulis adalah Direktur Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI)
© Copyright 2024, All Rights Reserved