Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat menyatakan sejauh ini ada tujuh desa di Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, diterjang gelombang tsunami. Sebanyak 655 keluarga menjadi korban bencana ini.
Dihubungi politikindonesia.com, Selasa siang (26/10), Kepala BPBD Sumbar, Hermansyah menyatakan petugas di lapangan tengah melakukan pendataan terkait bencana ini. “Ada tujuh desa yang rusak cukup parah terkena tsunami yakni Desa Sikakap, Muntai Baru, Silabu, Malakopak, Sinakok, Makalo dan Bosua,” ujar Herman.
Dikatakan Herman, sedikitnya 655 rumah milik keluarga di tujuh desa tersebut menjadi korban hantaman gelombang air laut, semalam. “Kami mendata, ada 655 KK yang menjadi korban,” ucap dia.
Diterangkannya pula, hingga Selasa (26/10) pukul 13.20 Wib, dinyatakan baru dua orang meninggal. Namun, kemungkinan korban meninggal akan terus bertambah. “Petugas terus mengumpulkan data korban meninggal dan hilang,” ucap dia.
Selain pendataan korban, sambung Herman, petugas di lapangan juga mendata dampak kerusakan akibat tsunami yang dipicu oleh gempa 7,2 Skala Richter Senin malam itu.
Bantuan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat tengah disiapkan, untuk segera akan dikirim ke lokasi bencana ini. “Kami juga sedang mendata kebutuhan mendesak yang diperlukan warga di Kabupaten Mentawai ini,” ucap dia.
Sementara itu, menurut keterangan Ketua BPBD Kecamatan Pagai Selatan Joskamatir, Selasa (26/10), saat ini suasana masih mencekam, warga mengungsi dan sekolah diliburkan. Sejumlah bangunan rusak berat. Sebuah dermaga di kawasan tersebut juga hancur dihantam gelombang.
"Lima menit pascagempa air laut langsung pasang dan merendam sejumlah rumah di kawasan tersebut," ujar Joskamatir.
Diterangkannya pula, air pasang hingga 100 meter ke daratan dengan ketinggian mencapai 2,5 meter. Selain itu, ratusan rumah juga terendam air bahkan satu rumah dilaporkan hancur pada bagian depan. Perumahan warga di daerah itu hanya berjarak 50 meter dari bibir pantai.
Sebagian warga juga memilih bertahan di tempat pengungsian seperti di sekolah, di gereja, di mushala dan tenda-tenda yang telah mereka siapkan pada 2009 sebagai tempat pengungsian jika terjadi tsunami. "Warga juga ada yang bertahan di perbukitan setinggi 40 meter,"
© Copyright 2024, All Rights Reserved