Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam insiden ledakan massal alat komunikasi nirkabel pager dan walkie talkie (WT) di Lebanon, yang diduga didalangi Israel, baru-baru ini.
“KBRI Beirut telah menjalin komunikasi dengan para WNI di Lebanon, dan sejauh ini, tidak ada WNI yang menjadi korban,” kata Direktur Pelindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia Kemlu RI, Judha Nugraha, setelah berkomunikasi dengan Kedutaan Besar RI (KBRI) Beirut pada Jumat (20/9/2024) malam.
Judha menyebutkan, berdasarkan data KBRI Beirut, saat ini terdapat 152 WNI yang masih menetap di Lebanon. Sejak penetapan status Siaga 1, KBRI telah memfasilitasi pemulangan 25 WNI dalam 3 tahap.
Menurut Yudha, status Siaga 1 menandakan kondisi sangat rentan, telah ditetapkan KBRI untuk seluruh wilayah Lebanon sejak 4 Agustus 2024. Sebelumnya, status ini hanya berlaku di kawasan Lebanon selatan sejak 10 Oktober 2023, usai agresi Israel ke Jalur Gaza.
Yudha mengatakan, sebagian besar WNI di Lebanon yang mayoritas merupakan mahasiswa atau menikah dengan warga setempat, masih memilih bertahan di negara tersebut.
“KBRI Beirut terus mengimbau WNI supaya dapat mengikuti proses evakuasi yang telah dipersiapkan,” kata Judha berharap.
Bagi WNI di Lebanon yang membutuhkan bantuan dapat menghubungi KBRI Beirut melalui saluran telepon +961-70-817-310.
Setelah ribuan unit penyeranta (pager) di berbagai wilayah Lebanon tiba-tiba meledak pada Selasa (17/9/2024), ledakan perangkat komunikasi lain seperti protofon (walkie-talkie) dilaporkan terjadi Rabu (18/9/2024).
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lebanon menyatakan setidaknya 32 orang tewas dan 4.250 lainnya luka-luka, 30 di antaranya dalam kondisi kritis, dalam dua gelombang ledakan perangkat komunikasi itu.
Pemerintah Lebanon dan Hizbullah kompak menuduh Israel berada di balik serangan tersebut. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved