Jumat (06/12) pagi ini, terpantau adanya letupan solfatara dari Gunung Merapi. Letupan solfatara itu muncul beberapa kali dari kawah Gunung Merapi sekitar pukul 07.04 WIB. Meski menunjukkan peningkatan aktivitas, status Gunung Merapi masih normal aktif.
Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana BPBD Sleman, Heru Saptono menyatakan, aktivitas letupan solfatara belum masuk kategori berbahaya. Hal itu biasa terjadi jika kawah Gunung Merapi terbuka.
"Saya sudah cek ke BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi), tidak ada peningkatan aktivitas Merapi," ujar Heru kepada pers di Sleman, Jumat (06/12).
Aktifitas Merapi yang perlu diwaspadai, ujar dia, ketika terjadi gempa multifase atau gempa dalam yang kemudian diikuti gempa dangkal. Gempa tersebut menunjukkan adanya aliran magma dari perut gunung ke kawah. Sementara, letusan freatik yang terjadi pada 18 November lalu tidak didahului dengan gempa multifase.
Letusan freatik pada November lalu membuat rekahan baru di kawah Merapi. Heru mengatakan kawah Merapi terbuka dengan lebar 400 meter dan kedalaman 150 meter. "Dengan kawah yang lebar, jika ada tekanan sedikit saja, asap akan keluar," ujarnya.
Dia mengatakan, Gunung Merapi yang akan meletus, ditandai dengan adanya proses pengisian magma. Reseptor gunung yang dipasang di sekitar kawah Merapi juga akan menunjukkan puncak mengembang. Saat meletus pada 2010 lalu, Heru mengatakan puncak Merapi mengembang 3 meter.
Meski demikian, BPBD akan berkoordinasi dengan BPPTKG terkait adanya sejumlah aktivitas Gunung Merapi. Sebelumnya, tim dari BPBD dan BPPTKG telah mengecek ke puncak Merapi setelah letusan freatik pada November lalu. Letusan tersebut mengeluarkan material lama dan menyebabkan hujan abu di sekitar wilayah Boyolali dan Solo.
© Copyright 2024, All Rights Reserved