Sepanjang tahun 2012, PT Perusahaan Listrik Negara Persero (PLN) mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,2 triliun. Laba ini turun 68,7% dibandingkan pencapaian 2011 sebesar Rp5,4 triliun.
“Penurunan ini terutama disebabkan adanya peningkatan rugi selisih kurs sebesar Rp4,1 triliun dari Rp1,8 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp5,9 triliun pada tahun 2012. Hal ini sebagai akibat dari translasi liabilitas perusahaan dalam mata uang asing,” kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji di Jakarta, Sabtu (13/04).
Menurut Nur, penurunan laba ini terjadi karena pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD). Meskipun di sisi lain terjadi penguatan terhadap yen Jepang (JPY).
“Penurunan laba bersih tersebut terutama disebabkan oleh transaksi non-cash sehingga tidak berpengaruh terhadap Ebitda perusahaan yang mengalami kenaikan sebesar 26,1% menjadi Rp52,4 triliun pada tahun 2012 dari Rp41,6 triliun pada tahun 2011,” kata Nur.
Ada pun, peningkatan rugi kurs sebesar Rp4,1 triliun tersebut berasal dari peningkatan rugi kurs Rp8 triliun atas pinjaman-pinjaman yang mayoritas dalam mata uang dollar Amerika Serikat. Yakni utang sewa pembiayaan atas penerapan ISAK 8 sebesar 45 persen, utang obligasi internasional sebesar 32%, utang bank sebesar 17% dan liabilitas moneter lainnya (net off asset) sebesar 6%.
Meski mengalami rugi kurs, Nur mengatakan, di sisi lain terjadi peningkatan laba kurs sebesar Rp3,9 triliun atas utang sewa pembiayaan PLTU Tanjung Jati B dan utang penerusan pinjaman yang mayoritas dalam mata uang yen Jepang (JPY).
Kemudian dari segi pendapatan usaha, perseroan mencatatkan kenaikan 12% dari Rp 208 triliun menjadi Rp232,7 triliun. Peningkatan pendapatan usaha di tahun 2012 ini, terutama berasal dari kenaikan penjualan tenaga listrik yaitu penambahan jumlah pelanggan sebesar 3.900.104 pelanggan dan penambahan volume penjualan sebesar 4.892 GWh.
“Biaya administrasi dan umum hanya naik 1,8% dari Rp4,4 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp5,2 triliun pada tahun 2012. Biaya kepegawaian hanya naik 1% dari Rp13,1 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp14,4 triliun pada tahun 2012.
Nur mengungkapkan, pada tahun 2010 besarnya biaya administrasi dan umum PLN adalah Rp4,3 triliun dan biaya kepegawaian adalah Rp12,9 triliun. Kenaikan biaya administrasi dan kepegawaian masih di bawah angka laju inflasi. “Kami semakin efisien soal ini," pungkas Nur.
© Copyright 2024, All Rights Reserved