Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, ia tidak menutup mata adaya sejumlah kader tak menyukai dirinya. Akan tetapi, SBY memastikan tak akan meladeni mereka yang kerap mendiskreditkannya.
“Yah, dalam politik itu wajar. Demokrasi ya begitu. Saya tahu memang, sejumlah kader tidak menyukai saya," ujar SBY dalam sebuah wawancara dengan Suara Demokrat yang diunggah di YouTube, baru-baru ini.
Dikatakan Presiden ke-6 RI itu, barangkali ada mereka yang kecewa karena satu dan lain hal. Muungkin ada juga yang sedang menjalankan garis politik pihak tertentu. “Barangkali juga ada yang ingin memimpin partai ini dengan segala cara dan upaya yang dilakukan. Bagi saya ini wajar saja. Tidak luar biasa," ujar SBY.
SBY mengatakan, dirinya memilih untuk tidak membalas kritik dan serangan itu. SBY merasa malu kalau harus berdebat dengan kader sendiri. Bukan karena dirinya tak punya argumentasi. “Biarlah mengalir saja. Toh, sudah ada kader lain yang menjawab kritik itu," ujar SBY datar.
SBY juga menjawab tudingan bahwa jika dirinya diusulkan kembali untuk memimpin partai Demokrat, itu mencoreng demokrasi. “Saya tidak mengerti maksudnya gimana,” ujar SBY.
SBY mengatakan, ketika sebulan lalu, dirinya menyatakan bersedia dicalonkan menjadi ketum, dengan syarat dorongan itu harus datang dari mayoritas, juga dituding mencoreng demokrasi.
SBY mengingatkan, hati-hari untuk menuduh seseorang tidak demokratis. SBY menegaskan, selama 10 tahun memimpin Indonesia, dirinya sangat menghormati dan menjalankan nilai-nilai demokrasi.
“Lagi pula, tak pernah saya, ataupun Partai Demokrat untuk melarang seseorang kader maju menjadi ketua umum. Tentu, ada syarat-syarat sendiri yang berlaku di masing-masing partai,” ujar SBY.
SBY mengatakan, sebelum akhirnya memutuskan untuk bersedia dicalonkan sebagai ketum Demokrat, dirinya telah mempertimbangkan dengan matang dengan istrinya, Ani Yudhoyono.
SBY mengatakan, sejak awal, dirinya tidak pernah punya ambisi untuk menjadi ketua umum. Akan tetapi, karena Demokrat mengalami krisis pada awal 2013, dimana Ketum Anas Urbaningrum berhenti, dan terjadi perpecahan internal dan anjloknya elektabilitas Demokrat akhirnya dirinya bersedia.
SBY mengatakan, tadinya dirinya berharap, Demokrat dapat mempersiapkan kader lain sebagai penggantinya. Akan tetapi, desakan dari daerah terus muncul, agar ia bersedia kembali memimpin Demokrat untuk 5 tahun mendatang.
“Tadinya saya tidak langsung menjawab. Saya konsultasi dengan ibu Ani, apa iya harus kita lagi. Tapi keinginan dari daerah makin kuat, dan akhirnya menyatakan, saya bersedia.”
SBY mengatakan, dirinya ingin melihat ke depan. Ia berharap Demokrat dapat membangun kembali partainya, setelah berbenah diri. Demokrat bisa menampilkan alternatif untuk calon-calon pemimpin bangsa. “Kami, Isya Allah dapat menampilkan calon terbaik untuk Pemilu 2019 nanti,” ujar SBY.
© Copyright 2024, All Rights Reserved