Dunia belum pulih benar dari krisis ekonomi 2008, dan kini mendapat tekanan baru akibat rencana kebijakan pengurangan stimulus fiskal (quantitative easing) di Amerika Serikat. Negara-negara emerging economy seperti India, Brasil, Rusia, RRT, termasuk Indonesia dan Turki, ikut mengalami tekanan baru itu.
Hal itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat berbagi pandangan dengan tokoh perempuan dan ketua organisasi perempuan di Istana Negara, Rabu siang (11/09). Presiden SBY memberikan pandangan atas permintaan Ibu Ani untuk berbagi kisah saat menghadiri KTT G20 di Rusia beberapa waktu lalu.
"Akibat kebijakan tersebut banyak negara yang pertumbuhan ekonominya terhambat, nilai mata uangnya melemah, termasuk rupiah. Indeks harga saham gabungan juga berpengaruh. Meskipun kondisinya tidak separah 2008-2009, tetapi tetap ada permasalahan," ujar Kepala Negara.
Di era globalisasi ini, kebijakan suatu negara akan berpengaruh terhadap negara lain. Kalau negara maju tumbuh, negara berkembang juga harus ikut tumbuh. Dengan begitu akan adil ekonomi dunia. "Kalau semuanya tumbuh maka dunia akan bagus dan rakyat akan mengalami kemajuan dalam kesejahteraannya," ujar SBY.
Sebetulnya, beberapa negara maju sudah mengalami perbaikan situasi ekonomi pasca krisis 2008-2009, seperti AS dan Jepang. Pertumbuhan negara-negara tersebut mempengarungi ekspor Indonesia. Tapi kini kita mengalami tekanan baru.
Dalam pertemuan itu, Presiden juga menekankan pentingnya upaya dunia untuk menghentikan tragedi kemanusiaan di Suriah. Setelah itu baru dilaksanakan operasi kemanusaian guna menolong rakyat Suriah. Proses politik menjadi langkah selanjutnya untuk mencari solusi yang baik.
Meski tidak termasuk dalam agenda resmi, isu keamanan Suriah menjadi bagian tersendiri dalam pertemuan G20 di St Petersburg. Sekarang ini masih berlangsung proses penyelesaian di tingkat PBB.
Melihat perkembangannya, Presiden SBY merasa senang karena mungkin langkah serangan militer yang akan dilakukan AS tidak akan terjadi. "Sekarang ini sedang dibicarakan proses diplomasi dan solusi politik, persis seperti pandangan Indonesia," tandas Presiden SBY.
© Copyright 2024, All Rights Reserved