Aksi unjuk rasa yang dilakukan sejumlah elemen masyarakat terhadap kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ternyata tidak mendapat simpati dari publik. Masyarakat justru menilai demonstrasi anti kenaikan harga BBM bersubsidi sebagai pengganggu ketertiban umum.
Setidaknya, demikian hasil penelitian lembaga Prapancha Research pada pemberitaan media massa dan tanggapan pengguna media sosial terhadap demonstrasi anti kenaikan harga BBM bersubsidi. “Ini terbukti dengan sentimen negatif pemberitaan tentang unjuk rasa di media-media maupun tanggapan masyarakat di media sosial," ujar Direktur Eksekutif Prapancha Research, Geger Riyanto, di Depok, Jumat (28/06).
Geger menjelaskan, hasil riset menunjukkan bahwa kini penyampaian aspirasi melalui demonstrasi belum tentu efektif untuk menggalang dukungan publik. Masyarakat justru menganggap unjuk rasa itu mengganggu ketertiban umum.
“Kicauan di media sosial oleh akun yang berpengaruh justru memiliki dampak yang lebih luas. Terlihat dari bagaimana ekskalasi isu di media sosial sejalan dengan ekskalasi isu di media konvensional," katanya.
Peneliti Prapancha Research, Cindy Herlin Marta menambahkan, hasil penelitian menunjukkan, dari 271 pemberitaan tentang unjuk rasa memprotes kenaikan harga BBM, sebanyak 48,71 persen menunjukkan sentimen negatif, 28,78 persen bersentimen netral dan hanya 22,51 persen yang bersentimen positif.
Penelitian ini juga menyebutkan bahwa upaya pemerintah dalam mengkomunikasikan penjelasan tentang kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi minim. Prapancha Research mencatat hanya 58 berita yang berisikan penjelasan pemerintah tentang kenaikan BBM tersebut.
Prapancha Research menyatakan, riset ini meneliti 2 jenis sampel yakni media massa dan media sosial. Media massa yang diteliti yakni Kompas untuk mewakili kalangan menengah ke atas, Bisnis Indonesia untuk kalangan pebisnis, dan Rakyat Merdeka untuk kalangan menengah ke bawah.
Penelitian itu diperoleh dari survei yang dilakukan pada 271 pemberitaan 3 media cetak utama serta 105.668 percakapan di media sosial sepanjang 10-26 Juni 2013 tentang kenaikan harga BBM subsidi.
Cindy menambahkan pandangan negatif tentang demonstrasi itu justru paling banyak berasal dari media massa, pengamat, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yakni 161 berita.
Hasil penelitian juga menemukan masyarakat justru memiliki sentimen negatif terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terkait isu BBM ini. Dari 17 berita yang bernada negatif tentang partai politik dan kenaikan harga BBM, sebanyak 15 berita negatif mengarah ke PKS.
© Copyright 2024, All Rights Reserved