Hubungan Indonesia-Polandia bertambah erat tahun demi tahun. Setidaknya, itu yang tersirat dari kunjungan mantan Presiden Polandia Lech Walesa ke Indonesia, selama 10 hari, sejak 8 Mei lalu. Rabu (12/05) siang ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kunjungan kehormatan bekas Presiden Walesa di Istana Merdeka, Jakarta.
Duta Besar Polandia di Indonesia Tomasz Lukaszuk mengungkapkan hal tersebut kepada pers, di sela pertemuan Walesa-Yudhoyono itu.
Presiden Yudhoyono dan Lech Walesa, yang terlihat serasi dengan baju batik coklat keemasan masing-masing, berbincang di Ruang Jepara Istana Merdeka. Dalam perbincangan yang berlangsung sekitar setengah jam itu, turut hadir mendampingi Presiden, Menlu Marty Natalegawa dan Jubir Kepresidenan Dino Patti Djalal.
Tomasz Lukaszuk mengatakan, dalam kunjungan ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk bertemu SBY, Walesa tidak saja membicarakan isu-isu global, dengan para pejabat tinggi yang ditemuinya. Tetapi, juga merintis kerja sama di bidang industri perkapalan.
"Lech Walesa memiliki pengetahuan dan pengalaman sangat luas mengenai seluk-beluk industri perkapalan, ketika bekerja di galangan kapal Gdansk dan memimpin organisasi buruh Solidaritas di sana," tambah Tomasz.
Dorong demokrasi
Selain Jakarta, Walesa juga berkunjung ke Yogyakarta dan Bali, dua daerah tujuan wisata utama di Tanah Air. Walesa yang kini memimpin Institut Lech Walesa, menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Bali Democracy Institute di Universitas Udayana, Denpasar.
Seperti diketahui, Institut Lech Walesa telah menjalin kerja sama serupa dengan berbagai organisasi di Eropa dan Amerika Serikat. Semua dilakukan dalam upayanya mendorong demokratisasi di dunia.
Lech Walesa peraih Nobel Perdamaian 1983 saat Polandia masih dikuasai rezim komunis, yang bersekutu dengan Uni Soviet. Pemerintah Polandia menandatangani perjanjian yang antara lain mengizinkan kegiatan serikat buruh independen. Negara ini juga menghentikan tindakan pengekangan maupun tekanan-tekanan terhadap anggota oposisi pro-demokrasi, 31 Agustus 1980.
Dampak dari perjanjian itu, untuk pertama kalinya terbentuk suatu organisasi demokratik besar, yang kelak muncul sebagai kelompok penekan. Itu yang diperlihatkan dengan kehadiran Serikat Buruh Independen dan Bebas Solidarnosc (Solidaritas), di blok negara-negara komunis, dengan Lech Walesa sebagai pemimpinnya.
Sayangnya, semua itu tak berlangsung lama. Rezim Komunis Soviet dan Pemerintah Polandia yang sehaluan tidak senang dengan berbagai kegiatan kelompok-kelompok independen termasuk Solidarnosc. Pada 13 Desember 1981 Pemerintah Polandia mengumumkan status negara dalam keadaan perang.
© Copyright 2024, All Rights Reserved