Pascaja tuhnya pesawat Merpati MA-60 di Perairan Kaimana, Papua Barat, Sebtu (07/05), Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Sardjono Jhony Tjitrokusumo menyatakan dirinya siap mundur dari jabatannya. Namun kemundurannya ini diakukan apabila terbuktu kecelakaan tersebut disebabkan ada kesalahan pengoperasian pesawat dari pihak Merpati.
"Saya siap mundur kalau ada kesalahan dari Merpati sendiri," ujar Sardjono, di Jakarta, Selasa (10/05).
Sardjono menjelaskan, sebelum pesawat MA-60 melakukan pendaratan di Bandar Udara Kaimana, Papua Barat, cuaca saat itu hujan deras. Menurut keterangan saksi mata, pesawat terbang begitu rendah. Sardjono juga mengaku kurang tahu mengapa terbang begitu rendah.
Namun Sardjon memastikan, jatuhnya pesawat bukan karena kekurangan bahan bakar pesawat (avtur). Karena dari data Merpati, avtur di dalam pesawat berisi 2.200 kilogram. "Avtur cukup untuk perjalanan Kaimana kembali lagi ke Sorong," tukasnya
Kemudian, mengenai adanya korban yang ditemukan tidak menggunakan pelampung. Sardjono menjelaskan, ada kemungkinan pilot tidak menduga adanya kejadian ini. "Ini unplan emergency."
Untuk mengetahui secara jelas, Sardjono meminta agar masyarakat menunggu hasil dari blackbox Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) yang ada di pesawat. Setelah itu baru bisa ketahuan penyebabnya.
Sardjono mengatakan, blackbox FDR yang ditemukan telah sampai di Biak untuk dikirim ke Jakarta. "Jangan sampai ini menjadi polemik lagi. Dilihat dulu prosedurnya," ujar dia.
Menurut Sardjono, saat ini baru empat negara yang dapat membaca blackbox kategori FDR. Yakni Australia, Amerika Serikat, Singapura, dan Cina. "Kalau blackbox CVR dapat dibaca di Merpati Maintenance Facility di Surabaya," pungkas Sardjono.
© Copyright 2024, All Rights Reserved