Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap kurs Dolar hingga mencapai titik nadir, Rp16.450 disebabkan Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
"Kurs Rupiah terus melemah akibat sentimen negatif perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat. Selain perang dagang yang kembali bergulir antara Amerika dan Tiongkok, juga Uni Eropa dan Tiongkok," kata Pakar Ekonomi Ibrahim Assuaibi kepada wartawan, Minggu (16/6/2024).
Ibrahim menyebutkan, saat ini Uni Eropa memberi bea impor untuk otomotif mobil listrik dan aki listrik yang begitu besar. Kebijakan Eropa ini pasti akan ada perlawanan dari Tiongkok.
"Tiongkok dipastikan akan memberlakukan bea impor juga terhadap produk-produk yang datang dari Uni Eropa dan Amerika," kata Ibrahim.
Menurut Ibrahim, perang dagang yang terjadi saat ini, semakin memanaskan situasi, hingga Rupiah terseok. Di sisi lain, Bank Sentral Amerika hanya menurunkan bunga satu kali, yang kemungkinan terjadi di Desember 2024, bersamaan Pilpres di Amerika Serikat yang memanas.
Ibrahim memprediksi, konflik geopolitik di Timur Tengah yang kemungkinan sedikit mereda, atau akan ada gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Namun, perang di Timur Tengah tidak berdampak besar terhadap kenaikan mata uang Dolar.
"Dolar menguat bukan disebabkan konflik Timur Tengah dan Amerika, tapi kondisi di Tiongkok, pelaku ekonomi terbesar nomor dua di dunia," pungkas Ibrahim. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved