Poso hingga kini masih belum stabil dan rawan aksi kekerasan. Gangguan ketertiban dan keamanan masih saja terjadi di daerah yang terletak di Sulawesi Tengah tersebut. Malam hari tadi, sebuah bom berdaya ledak rendah kembali meledak di kota Poso. Teror bom ini merupakan ketujuh kalinya di wilayah Poso dalam kurun tiga pekan terakhir.
Ledakan bom yang terjadi di bawah pagar Kantor Bupati Poso Jalan Pulau Sulawesi di Kelurahan Gebangrejo sekitar pukul 21:20 Wita terdengar hingga radius satu kilometer. Namun, peristiwa Sabtu malam itu tidak menimbulkan korban manusia atau kerusakan bangunan.
Kepada pers di Poso, Kapolres AKBP Rudy Sufahriadi membenarkan adanya peristiwa tersebut, dengan mengatakan bahwa ledakan itu berasal dari sebuah bom rakitan berdaya ledak rendah (low explosive).
"Tidak ada korban manusia atau kerusakan berarti yang ditimbulkan ledakan tersebut," tutur Kapolres Sufariadi, dan ia menduga kejadian itu merupakan sebuah bentuk teror yang dilakukan oknum tidak bertanggungjawab guna menciptakan instabilitas keamanan di bekas daerah konflik Poso.
Belum selesai cerita tentang teror ini, sebuah teror baru kembali melanda Poso. Kali ini yang menjadi korbannya adalah Sekretaris Umum Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), Pendeta Irianto Kongkoli MTh. Ia tewas ditembak orang tak dikenal di kawasan Jalan Monginsidi, Kecamatan Palu Selatan, Senin sekitar pukul 08;15 Wita.
Menurut Ny Rita Kupa (Istri korban-red), ia dan suaminya ketika itu hendak berbelanja bahan bangunan di Toko Sinar Sakti di Jalan Wolter Mongonsidi No 75. Ketika Irianto tengah melihat pajangan keramik berada di depan pintu masuk toko itulah petaka itu terjadi. "Saat menatap pajangan keramik itulah Kongkoli ditembak di bagian kepala dari jarak dekat," kata Anton, sahabat Kongkoli, mengutip pernyataan Ny. Rita.
Namun, Rita dan seorang anaknya Gea (4 th) lolos dari maut karena ke luar dari toko, langsung menuju mobil pribadi mereka yang di parkir di pinggir jalan depan toko.
Beberapa saat kemudian aparat dari Polda Sulteng dan Polresta Palu tiba dan langsung mengamankan TKP dengan memasang police line. Korban bersama istrinya langsung dilarikan ke Rumah Sakit (RS) Bala Keselamatan Palu di Jalan Wood Ward yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari TKP untuk mendapatkan pertolongan medis. Namun, korban yang mengalami luka tembak di bagian kepala itu akhirnya meninggal dunia.
Kapolda Sulawesi Tengah (Sulteng) Brigjen Pol Badrodin Haiti menyatakan bahwa polisi telah mengidentifikasi pelaku penembak Pendeta Irianto Kongkoli (50), setelah memeriksa tiga orang saksi mata.
"Polisi sudah mengantongi identitas pelaku," kata dia di RSU WoodWard Palu, tempat jenazah Pendeta Kongkoli dievakuasi, Senin
Menurut Kapolda Haiti, pelaku berjumlah dua orang dan mengenakan penutup wajah saat beraksi. Pelaku melarikan diri dengan menggunakan sepeda motor jenis bebek warna hitam usai menembak korbannya. "Sekalipun memakai penutup wajah, pelaku berhasil diidentifikasi," tuturnya tanpa menjelaskan lebih rinci.
Hal senada juga diungkapkan Kapolri Jenderal Pol Sutanto ketika ditemui politikindonesia.com di sela-sela rapat tertutup Tim Pemantau Poso DPR dengan pemerintah di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (16/10). ”Aparat kepolisian telah mengidentifikasi anatomi dari para pelaku. Polri sudah mengetahui siapa, kini tim kami tengah memburu mereka," kata Kapolri Jenderal Pol Sutanto.
Rapat tersebut dipimpin oleh Wakil Ketua DPR Soetarjo Soerjogoeritno. Dari pemerintah hadir antara lain Kapolri, Menteri Dalam Negeri M. Maruf, Kepala Badan Intelejen Negara Syamsir Siregar, Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM, Widodo AS, Jaksa Agung Abdul Rahaman Saleh dan Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah.
Hingga kini Polri belum menjelaskan tentang motif dibalik penembakan pendeta Irianto tersebut. “Kita masih memburu pelakunya. Kalau sudah tertangkap baru kita tahu motivasinya apa. Kalau sekarang kita menduga-duga tidak benar,” ujarnya.
Didesak lebih jauh apakah penembakan ini ada benang merah dengan eksekusi mati terpidana Tibo Cs, Sutanto pun tidak mau menjawab. ”Nantilah. Masih diselidiki. Kita tidak bisa menduga-duga. Bagaimana mau tahu isi otak orang kalau ia belum ketangkap," kilahnya.
Tentang situasi Poso paska insiden penembakan ini, Sutanto mengaku prihatin. Hingga kini wilayah tersebut masih belum stabil serta rawan akan gangguan keamanan dan ketertiban. "Ini suatu yang memprihatinkan bagi kita," ungkap Sutanto.
Namun, tambahnya, bagaimanapun Polri akan terus berusaha mengatasi kondisi di Poso dengan melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap mereka yang dicurigai melakukan kekerasan. Polri akan terus berusaha mencegah dan menindak pelaku teror di Poso. "Karena masih berlanjut terus, kita berupaya untuk mencegah dan menindak pelaku. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan situasi aman di Poso," jelas Kapolri.
Sutanto mengingatkan, keberhasilan menciptakan keamanan di Poso, juga tergantung kepada masyarakat Poso sendiri. Karena itu Kapolri meminta masyarakat Poso agar tidak mudah terprovokasi oleh aksi kekerasan yang terjadi. Hal ini penting agar penciptaan keamanan di Poso bisa segera terwujud.
© Copyright 2024, All Rights Reserved