Duka mendalam masih menggelayuti pasangan Ujang Hidayat dan Suryani. Sudah sepekan ini anak mereka, Jefri Adriansyah, 9, menghilang dari rumahnya di Jalan Kubur RT 08 RW 03, Kembangan, Jakarta Barat. Mereka yakin Jefri menjadi korban penculikan.
Kepada wartawan yang menghubunginya, Minggu (06/06), Kapolsek Kembangan Ajun Komisaris Tri Yulianto mengatakan, pihaknya masih menelusuri keberadaan Jefri, dan pelaku penculikan. Polisi telah mencari jejak Jefri dan pelaku ke sejumlah daerah. Namun, hingga kini, polisi belum berhasil menemukan jejaknya.
"Doakan saja, mudah-mudahan segera tertangkap dan korban juga terselamatkan," kata Tri Yulianto.
Ujang dan Suryani berkeyakinan anaknya diculik sejak Minggu (30/05). Mereka mengaku mendapat ancaman, disertai tuntutan untuk membayar tebusan Rp35 juta, sebagai imbalan atas kembalinya Jefri. Tuntutan itu tak dipenuhi. Mereka melaporkan peristiwa itu ke Polsek Kembangan, Senin (31/05), sehari setelah kejadian.
Jefri Adriansyah menghilang dari rumahnya, Minggu (30/5), sekitar pukul 16.30 WIB. Saksi mata menyebutkan, Jefri diculik saat bermain di halaman rumahnya. Anak malang itu dibawa oleh 2 pria yang mengendarai motor Yamaha RX King.
Trend Meningkat
Data yang ada menunjukkan, dari tahun ke tahun kasus penculikan terus meningkat. Penculikan terjadi hampir di seluruh wilayah Tanah Air. Tidak hanya di kota, tetapi sampai ke desa-desa. Mengutip data yang ada, Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, Rabu (02/06) mengungkapkan, pada 2008 ada 72 kasus. Setahun kemudian, meningkat jadi 102 kasus. Lalu, 2010 sampai Mei ini saja, sudah mencapai 97 kasus.
Arist menyebutkan, dari statistik yang ada menunjukkan, para pelaku kebanyakan dari lingkungan keluarga, seperti pembantu. Selain itu juga dari mafia perdagangan anak dengan berbagai modus. Di antaranya, menyusupkan anggota komplotannya sebagai pembantu atau berkeliaran di rumah bersalin.
Sejumlah faktor ikut mendorong terjadinya penculikan yang hampir semua dilakukan oleh orang dekat, seperti pembantu rumah tangga. Di antaranya, tidak adanya perhatian, tidak dianggap bagian dari keluarga, upah tidak dibayar. Bisa juga karena ada unsur balas dendam, sehingga penculikan terjadi.
Dari pengalaman yang ada, Arist berkesimpulan, para orang tua harus lebih memperbesar perhatian dan kasih sayangnya kepada anggota keluarga. Itu dianggap bisa meminamilisir faktor pendorong seseorang melakukan penculikan.
Yang tak kalah pentingnya, pihak sekolah atau rumah sakit, atau tempat-tempat umum lainnya, disarankan membuat sistem pengamanan tersendiri. Dengan begitu diharapkan bisa dapat meminimalisir orang mencurigakan mendapat akses keluar masuk.
Menurut Arist, dari lingkungan sekolah, dan juga rumah sakit, atau klinik bersalin, ada zona bebas lalu-lalang. Itu yang harus diwaspadai, agar tetap ada sistem pengawasan, sehingga siapa pun tidak betul-betul bebas di situ.
"Pihak kepolisian juga harus tanggap pada setiap laporan yang masuk. Jangan hanya menilai laporan orang hilang, tanpa tindakan konkret," tegas Arist Pesta Sirait.
© Copyright 2024, All Rights Reserved