PADA Minggu tanggal 20 Oktober 2024, Presiden Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia ke-8 di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) di Senayan Jakarta.
Acara pelantikan dan pengambilan sumpah ini berlangsung dengan khidmat dan penuh simbolisme, menandai tonggak penting dalam perjalanan bangsa. Dalam momen yang bersejarah ini, Presiden Prabowo menunjukkan kebesaran hati dan etika kepemimpinan dengan menyalami satu per satu para tamu undangan, termasuk tokoh-tokoh nasional dan perwakilan negara sahabat.
Tindakan ini menggambarkan rasa hormat serta kedekatan dengan berbagai lapisan masyarakat dan pemimpin, baik dalam negeri maupun internasional. Sikap dan perilaku Presiden Prabowo untuk menyalami tamu undangan secara langsung menjadi cerminan etika yang mengedepankan kesopanan dan kehormatan.
Momen ini tidak hanya memperlihatkan kesederhanaan seorang pemimpin, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga hubungan yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sikap ini memperlihatkan bagaimana seorang pemimpin besar tetap merendahkan hati di tengah kemenangan dan kekuasaan, juga menegaskan bahwa kekuasaan merupakan tanggung jawab yang harus diemban dengan bijaksana dan rendah hati, bukan sebagai pemimpin yang dilayani tapi juga melayani rakyatnya.
Pasca prosesi pelantikan, Presiden Prabowo juga menunjukkan penghormatan yang mendalam kepada pendahulunya, Presiden Joko Widodo. Penghormatan dengan penuh kehangatan, Prabowo mengantarkan Presiden Jokowi hingga ke Bandara Halim Perdanakusuma, sebuah isyarat penghargaan atas jasa dan pengabdian yang telah diberikan Jokowi selama dua periode kepemimpinannya.
Indonesia sebagai sebuah negara demokrasi, peralihan kekuasaan yang damai dan penuh hormat seperti ini menjadi salah satu pilar penting, dalam mencerminkan kedewasaan politik Indonesia.
Pengantaran Presiden Jokowi menuju kediamannya di Solo mengakhiri era kepemimpinannya, sekaligus menandai awal yang baru bagi Prabowo Subianto. Langkah ini memberikan pelajaran penting bagi bangsa Indonesia mengenai bagaimana seorang pemimpin yang baru terpilih dapat menghormati jasa pendahulunya.
Bentuk penghormatan yang dilakukan Presiden Prabowo menjadi contoh nyata tentang pentingnya transisi kekuasaan yang beretika, dengan penuh rasa hormat dan tanggung jawab, demi kesinambungan pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Pembelajaran etika kenegaraan
Pembelajaran etika kenegaraan yang diajarkan Presiden Prabowo Subianto merupakan warisan tradisi besar Indonesia yang berakar kuat dalam budaya dan nilai-nilai kebangsaan. Salah satu ungkapan yang sering ia gaungkan adalah 'datang tanpa muka, pulang tanpa punggung' sebuah pepatah yang sarat makna tentang keikhlasan dalam menjalankan amanah.
Prinsip ini mengajarkan bahwa seseorang yang mengemban tugas negara harus datang dengan niat yang tulus, tanpa mencari pujian atau sanjungan. Begitu pula ketika menyelesaikan tugasnya, seorang pemimpin harus pergi dengan penuh tanggung jawab, tanpa meninggalkan kesan atau jejak keburukan.
Etika ini menekankan pentingnya kerendahan hati dan tanggung jawab moral dalam setiap tindakan, terutama dalam pelayanan kepada bangsa dan negara. Prabowo menyampaikan bahwa seorang pemimpin tidak boleh menganggap dirinya pusat perhatian, tetapi harus menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya.
Tugas dan tanggung jawab harus dilakukan tanpa pamrih, tanpa menuntut pengakuan pribadi. Hal ini merupakan cerminan sikap negarawan yang lebih memilih untuk mengabdi, bukan untuk dilayani, sehingga menghasilkan harmoni dalam kepemimpinan dan pemerintahan.
Lebih jauh lagi, Presiden Prabowo juga mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menjauhi saling caci maki antar sesama anak bangsa. Baginya, perbedaan pendapat dan pandangan adalah hal yang wajar dalam demokrasi, namun tidak boleh menjadi alasan untuk saling menghina atau merendahkan.
Prabowo menekankan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu berdialog dengan penuh hormat dan saling menghargai, bukan dengan memperuncing perpecahan. Dalam semangat ini, dia mengajak seluruh elemen bangsa untuk mengedepankan persaudaraan dan gotong royong demi kemajuan bersama.
Sebagai presiden ke 8, Prabowo ingin memperkuat tradisi kenegaraan yang berlandaskan pada kesantunan, etika, dan keikhlasan dalam berpolitik. Prinsip 'jangan ada saling caci maki' menjadi landasan bagi setiap warga negara dalam berinteraksi, terutama dalam konteks politik dan pemerintahan.
Pembelajaran yang diberikan pada hari pertama oleh Prabowo sebagai Presiden ke 8 RI adalah dengan memupuk sikap saling menghormati dan merajut kebersamaan, ia berharap Indonesia bisa terus melangkah maju sebagai bangsa yang kuat, bersatu, dan bermartabat di mata dunia.
Kepribadian yang 'humble' yang luar biasa dari Prabowo, menjadi pembelajaran tidak terlupakan bagi kita sebagai rakyat Indonesia. Pak Jenderal, kepribadian mu menambah optimisme kami, tetaplah menjadi pemimpin negeri ini dengan kesederhanaan dan etika kenegarawananmu. Kini ke depan kami harap wahai Jenderal dapat memimpin dengan cinta dan sepenuh hati demi rakyat dan negara Indonesia.
*Penulis adalah Ketua Umum DPP KNPI, Haris Pertama
© Copyright 2024, All Rights Reserved