Lebih dari 300 jenazah ditemukan dalam kuburan massal di RS Nasser dan RS al-Shifa di Gaza. Pejabat Palestina mengungkapkan, beberapa di antaranya jenazah yang ditemukan itu dalam keadaan tangan terikat.
Menanggapi temuan tersebut, Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Türk, menyerukan investigasi secara independen terhadap kematian-kematian itu.
Otoritas Palestina menyebut sebagian dari total 283 jenazah yang digali dari kuburan massal di RS Nasser ditemukan dengan tangan terikat. Belum jelas bagaimana mereka meninggal atau kapan mereka dikuburkan.
"Laporan-laporan yang masuk ke meja Kantor HAM PBB menunjukkan sebanyak 30 jenazah terkubur dalam dua makam dan sejauh ini 12 di antaranya telah teridentifikasi," kata Juru Bicara RS al-Shifa, Shamdasani, dikutip dari BBC, Rabu (24/4/2025).
Militer Israel membantah hal tersebut dan menyebut tuduhan mengubur banyak jenazah adalah “tidak berdasar”.
Israel mengaku tentara mereka “memeriksa” jenazah-jenazah yang dikuburkan penduduk Palestina “di lokasi yang menurut intelijen menjadi tempat para sandera berada”.
Pemeriksaan ini dilakukan dalam operasi dua pekan di rumah sakit yang terletak di Khan Younis itu pada Februari 2024 silam.
Sebanyak 10 sandera yang kini sudah dibebaskan mengatakan, mereka ditahan di RS Nasser dalam waktu yang lama.
Sebelum operasi Israel di RS Nasser, para staf di sana mengaku dipaksa mengubur banyak jenazah di halaman gedung rumah sakit karena akses ke pemakaman terhalang pertempuran.
Berbagai laporan serupa datang dari RS al-Shifa sebelum serbuan Israel pertama di sana pada November lalu.
Militer Israel berdalih, sejumlah serangan ke berbagai rumah sakit di Gaza dilakukan karena pejuang Hamas beroperasi di dalam fasilitas-fasilitas kesehatan itu.
Dalih Israel ini sudah dibantah Hamas dan para pejabat medis.
Ada pun Perang Israel vs Hamas dimulai saat kelompok bersenjata Hamas melancarkan serangan tak terduga ke Israel bagian selatan pada 7 Oktober 2023.
Sekitar 1.200 orang tewas dalam insiden itu, sebagian besar warga sipil dan 253 lainya diboyong ke Gaza sebagai sandera.
Kementerian kesehatan (Kemenkes) di teritori Palestina yang dipimpin Hamas menyatakan, lebih dari 34.180 orang, mayoritas di antaranya anak-anak dan perempuan – di Gaza tewas dalam serangan balasan Israel. "Di antaranya ditemukan telanjang dengan tangan terikat," ungkap Kemenkes Hamas.
Juru Bicara Dewan HAM PBB, Ravina Shamdasani, mengatakan, pihaknya tengah mengonfirmasi laporan dari pejabat Palestina tentang temuan 283 jenazah di lapangan RS Nasser termasuk 42 orang yang sudah teridentifikasi.
“Para korban menurut laporan dikubur jauh di bawah tanah dan ditutupi limbah,” ungkap juru bicara Ravina Shamdasani kepada wartawan-wartawan di Geneva.
Menurut Ravina Shamdasani, di antara para almarhum ada lansia, perempuan, dan terluka. Sementara yang lainnya ditemukan telanjang dengan tangan terikat.
Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Türk, menyerukan penyelidikan yang independen, efektif, dan transparan atas kematian-kematian ini.
“Mengingat iklim impunitas saat ini, investigator internasional perlu dilibatkan," kata Volker Turk dengan nada tegas.
Menurut dia, rumah sakit (RS) berhak mendapat perlindungan secara khusus berdasarkan hukum humaniter internasional. Dan pembunuhan secara sengaja terhadap warga sipil, tahanan, dan siapa pun yang tidak terlibat dalam perang adalah suatu kejahatan perang.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Amerika Serikat (AS) mengatakan, laporan ini “sangatlah meresahkan”.
Pada Senin (21/4/2024), Juru Bicara Pasukan Pertahanan Sipil Hamas, Mahmoud Basal, dalam program Gaza Today dari BBC Arabic, mengatakan, pihaknya mendapat laporan dari warga lokal Palestina bahwa “banyak” orang yang terbunuh dalam perang dikubur di pemakaman mendadak di halaman RS Nasser, kemudian dipindahkan ke lokasi lain saat terjadi serangan Israel.
“Setelah menelaah dan menyelidiki, kami menemukan bahwa pasukan pendudukan [Israel] membangun kuburan massal, menggali jenazah-jenazah dari halaman RS Nasser, dan menguburkannya di kuburan massal ini,” kata Mahmoud Basal.
Gaza Today juga mewawancarai seorang laki-laki yang mencari jenazah dua anggota keluarganya yang diduganya diboyong pasukan Israel pada serbuan mereka baru-baru ini di Khan Younis.
“Setelah saya menguburkan mereka di apartemen, orang-orang [Israel] datang dan mengambil jenazah mereka,” kata Mahmoud Basal.
“Setiap hari kami berusaha mencari mereka, tetapi gagal.”
Hamas juga mengklaim banyak dari jenazah merupakan orang-orang “yang dieksekusi secara keji” oleh pasukan Israel, tanpa alat bukti.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dalam pernyataannya, Selasa (23/4/2024), menyatakan, klaim tentang IDF mengubur jenazah orang-orang Palestina tidak berdasar.
“Selama operasi IDF di wilayah RS Nasser berlangsung, sejalan dengan upaya menemukan sandera dan orang yang hilang, jenazah-jenazah yang dikebumikan penduduk Palestina di dekat RS Nasser diperiksa. Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan hanya di tempat-tempat di mana badan intelijen mengindikasikan kemungkinan adanya para sandera," kata IDF.
IDF berdalih pemeriksaan jenazah dilakukan dengan terhormat dan memastikan harga diri almarhum-almarhumah terjaga. Jenazah-jenazah diperiksa, yang bukan merupakan sandera orang Israel dikembalikan ke tempatnya.
IDF menyatakan, pasukannya menahan sekitar 200 teroris yang berada di dalam rumah sakit selama serbuan berlangsung. Mereka juga menemukan amunisi dan obat-obatan yang rencananya akan digunakan untuk sandera orang Israel.
IDF pun bersikeras bahwa serbuan ini dilakukan “secara terukur dan tanpa merusak rumah sakit ataupun menyakiti para pasien dan staf rumah sakit”.
Kendati begitu, tiga staf medis bulan lalu mengaku dipermalukan, dipukuli, diguyur air dingin, dan dipaksa berlutut selama berjam-jam dalam serbuan itu.
Petugas kesehatan yang tetap bertugas di RS Nasser setelah Israel mengambil alih mengaku kewalahan merawat pasien dan 13 orang meregang nyawa karena kondisi yang parah – kurang air, listrik, persediaan lainnya.
Pada 1 April 2024, pasukan Israel ditarik mundur dari RS al-Shifa di Kota Gaza. Penarikan ini dilakukan IDF setelah operasi “terukur” yang dilakukan untuk merespons laporan intelijen tentang aktivitas Hamas di rumah sakit tersebut.
Saat itu, IDF menyebut 200 “teroris” tewas di dalam dan sekitar rumah sakit dalam serangan yang berlangsung dua pekan. Lebih dari 500 lainnya menjadi tahanan, sementara senjata dan alat intelijen ditemukan “di penjuru RS”.
Lima hari kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendapat akses masuk ke RS al-Shifa dan fasilitas itu “sekarang kosong melompong”.
WHO menyebut sebagian besar rumah sakit rusak atau hancur parah dan kebanyakan fasilitas tidak dapat digunakan atau hancur jadi debu.
WHO juga mengatakan, banyak kuburan dangkal digali di luar unit gawat darurat serta gedung operasi dan administrasi.
“Banyak mayat ditemukan terkubur sebagian dan anggota tubuh mereka terlihat,” imbuh WHO.
IDF juga menyatakan telah menghindarkan para pasien RS al-Shifa dari bahaya. Namun, WHO mengutip pernyataan direktur sementara RS al-Shifa yang menyebut para pasien berada dalam kondisi mengenaskan dalam serbuan Israel.
Setidaknya 20 pasien dilaporkan meninggal dunia akibat minimnya perawatan dan dibatasinya pergerakan staf kesehatan.
Juru bicara Shamdasani mengatakan, laporan-laporan yang masuk ke meja Kantor HAM PBB menunjukkan sebanyak 30 jenazah terkubur dalam dua makam dan sejauh ini 12 di antaranya telah teridentifikasi.
“Ada laporan sebagian dari jenazah ini kedua tangannya terikat,” ujar Shamdasani.
Shamdasani mengatakan, jumlah orang yang terbunuh bisa jadi “lebih banyak” dari total 200 orang yang dilaporkan IDF.
Juru Bicara Pasukan Pertahanan Sipil Gaza kepada CNN pada 9 April lalu, mengatakan, sebanyak 381 jenazah telah ditemukan di sekitar al-Shifa.
Namun, jumlah ini tidak mencakup orang-orang yang dikubur di area rumah sakit. Menurut PBB, ada 30 jenazah dikubur di halaman RS al-Shifa dan rumah sakit itu sudah kosong melompong.
Keterangan gambar, Kantor HAM PBB menerima laporan bahwa 30 jenazah dikubur di halaman RS al-Shifa.
Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Türk juga mengecam rangkaian serangan Israel yang “melampaui batas peperangan” di kota Gaza selatan, Rafah, dalam beberapa hari terakhir – sebagian besar korbannya adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan-serangan ini mencakup insiden Sabtu (20/4/2024) malam, ketika seorang bayi lahir secara prematur dari ibunya yang kemudian meninggal bersama suami dan anak perempuannya yang lain.
Türk sekali lagi memperingatkan Israel untuk tidak melancarkan serangan darat berskala penuh di Rafah.
Sekitar 1,5 juta orang pengungsi bernaung di sana dan, menurut Türk, serangan berskala besar akan semakin melanggar hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia.
IDF menanggapinya dengan mengatakan, pihaknya beroperasi untuk melucuti militer Hamas dan kemampuan administratif mereka.
“Bertolak belakang dengan Hamas yang secara sengaja menyerang laki-laki, perempuan, dan anak-anak Israel, IDF mematuhi hukum internasional dan mengambil tindakan pencegahan yang layak untuk mengurangi korban warga sipil,” kata IDF. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved